Teori - Teori Yang Menjelaskan, Bagaimana Alam Semesta Ini Akan Berakhir!
INTRO
Para fisikawan teoritis percaya bahwa alam semesta bisa berakhir suatu hari nanti - dan proses ini mungkin telah dimulai.
Mungkin ente belum pernah mendengarkan tentang beberapa teori tentang kiamat yang akan dipaparkan dibawah ini. Salah satu hal yang paling menarik tentang alam semesta adalah, kita hanya mengetahui sedikit saja tentang alam ini. Dan sama seperti kita ingin tahu apa yang terjadi setelah kita meninggal, sains dan ilmu pengetahuan juga melontarkan pertanyaan, “Bagaimanakah kiamat nanti terjadi?” Ada beberapa teori tentang hal ini, yang sangat berbeda satu sama lain.
seperti apa teori teori tentang berakhirnya alam semesta ini? simak ulasan berikut gan
1. THE BIG CRUNCH
Semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal yang disebut kiamat?
Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.
Berdasarkan teori Big Crunch, semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.
Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas semesta. Harus ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.
Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya seperti gambar gif di atas, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Begitu pula semesta, gaya gravitasi akan menang dan menarik semua obyek pada akhirnya.
Hingga saat ini ilmuwan menemukan bahwa semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan obyeknya menjauh. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan semesta takkan mati kecil.
Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.
Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Semesta menjadi sangat gelap dan dingin.
2. THE BIG BOUNCE
Bila Buddhisme mengenal reinkarnasi, demikian pula astronomi dan kosmologi. Salah satu teori dalam kosmologi adalah Big Bounce yang menguraikan bahwa tak ada kiamat semesta atau akhir masa. Yang ada hanya reinkarnasi. Big Bounce juga kadang ditandingkan dengan Big Bang sebagai teori penciptaan semesta.
Big Bounce terkait dengan teori Big Bang atau kelahiran semesta 13,7 miliar tahun yang lalu serta teori Big Crunch yang menguraikan bahwa suatu saat semesta akan berhenti mengembang dan terus menyusut hingga menjadi satu kesatuan.
Menurut teori Big Bounce, Big Bang dan Big Crunch adalah suatu proses kehidupan semesta yang berupa siklus. Semesta tercipta lewat Big Bang, mengembang, menyusut, mati dalam bentuk Big Crunch hingga akhirnya terlahir kembali lewat Big Bang. Big Crunch akan selalu diikuti Big Bang.
Kebenaran Big Bounce sangat tergantung dari ada tidaknya Big Crunch. Sementara Big Crunch sendiri mensyaratkan adanya nilai densitas yang lebih tinggi dari nilai tertentu, atau disebut densitas kritis. Tanpanya, Big Crunch takkan terjadi.
Sejauh ini, penelitian menunjukkan adanya materi gelap yang membuat semesta terus mengembang. Gaya karena adanya materi gelap mengalahkan gaya gravitasi yang diprediksi membuat semua obyek semesta tertarik dalam Big Crunch.
Dengan demikian, masih sulit untuk memercayai akan adanya Big Bounce, semesta yang mengalami reinkarnasi. Big Bounce hanyalah salah satu teori yang menguraikan nasib semesta, masih ada teori lain, yaitu Big Crunch serta Big Rip.
Akankah manusia mampu membuktikan akan ada atau tidaknya Big Bounce. Satu-satunya cara adalah mengalaminya. Lima miliar tahun mendatang, Matahari akan menjadi bintang raksasa merah, membuat kehidupan di Bumi musnah. Manusia tak akan mengalami Big Bounce kecuali bisa survive dari kiamat Bumi dan hidup hingga triliunan tahun mendatang.
3. THE BIG FREEZE
Ada skenario akhir semesta yang disebut Big Freeze. Skenario ini, kadang juga disebut Heat Death atau matinya energi panas. Dalam teori ini materi perlahan akan meluruh menjadi radiasi seiring alam semesta yang terus mengembang. Setelah triliunan tahun, bahkan atom yang membentuk materi yang tersisa akan mulai terdegradasi dan berdisintegrasi.
Bintang-bintang akan menua dan hancur, lubang hitam akan menguap dan akhirnya bahkan partikel cahaya akan lenyap.
kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses mengembangnya semesta yang tanpa batas. Istilah Heat Death, yang menjadi nama lain teori ini, berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi, entropi, atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur, akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum.
Pada saat entropi mencapai maksimum, panas akan terdistribusi merata di wilayah yang sangat luas, tak mengizinkan adanya ruang yang memungkinkan penggunaan energi. Saat itu, gerak mekanik dalam suatu sistem takkan mungkin. Skenario akhir masa dalam Big Freeze berlawanan dengan Big Crunch. Dalam Big Crunch, semesta akan menjadi sangat mampat, membentuk lubang hitam sangat besar. Sementara itu, dalam Big Freeze, semesta menjadi sangat gelap dan dingin.
Untuk menentukan skenario mana yang lebih mungkin, ilmuwan harus menggali data tentang densitas, komposisi, dan bahkan bentuk semesta. Ada yang disebut densitas kritis. Jika nilai densitas yang ditemukan lebih rendah, skenario Big Freeze menjadi mungkin. Sejauh ini, pengukuran oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang menangkap Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) mengindikasikan bahwa densitas jauh lebih kecil daripada densitas kritis. Dengan demikian, ilmuwan menyatakan, Big Freeze adalah skenario kiamat semesta yang paling mungkin. Kapan terjadinya? Masih triliunan tahun lagi.
4. THE BIG RIP
Menurut skenario 'big rip', alam semesta akan terus mengembang dan laju pengembangannya semakin cepat tiap harinya. Dr Mat Pier dari Universitas Portmouth menjelaskan bahwa ekspansi atau pengembangan alam semesta ketika masih muda diperlambat oleh pengaruh gravitasi. Namun dalam kurun waktu 5 miliar tahun terakhir, alam semesta mulai mengembang dengan sangat cepat akibat kekuatan misterius yang para ilmuwan sebut 'energi gelap'.
Lama kelamaan alam semesta diprediksi akan mengembang tak terkendali dengan laju setara kecepatan cahaya. Imbasnya, galaksi, bintang, hingga planet seakan tercabik-cabik hingga musnah tak tersisa.
5. VACCUM METASTABILLITY EVENT
Salah satu teori tentang kiamat ini menjelaskan tentang ide bahwa alam semesta eksis dalam kondisi, yang secara fundamental, tidak stabil. Jika ente memperhatikan nilai dari partikal fisika kuantum, beberapa orang mengatakan bahwa alam semesta kita sedang “berjungkat-jungkit” diujung stabilitas. Jadi, beberapa ilmuwan berteori bahwa milyaran tahun dari sekarang, alam semesta akan “jatuh ke tepi.” Saat hal ini terjadi, pada suatu tempat dalam alam semesta, sebuah gelembung akan muncul. Setelah itu, gelembung tersebut akan mengembang dalam kecepatan cahaya dan menghancurkan semua hal yang disentuhnya.
Tetapi jangan khawatir: alam semesta tetap masih ada. Gelembung ini adalah alam semesta “yang serupa tapi tak sama.” Hukum fisika akan berubah, dan mungkin saja siklus hidup itu sendiri.
6. THE TIME BARRIER
jika kita mencoba untuk mengkalkulasi probabilitas dalam multiverse, kita akan menemukan masalah yang sama seperti alam semesta dengan waktu yang tak terbatas: Semua hal memiliki 100 persen kemungkinan untuk terjadi. Untuk mengatasi hal ini, para ilmuwan menggunakan sebagian kecil alam semesta untuk menghitung kemungkinan yang akan terjadi didalamnya. Hal ini membuat kalkulasi yang dilakukan berhasil, tetapi batasan yang mereka buat selalu memotong alam semesta pada tepi luar dari sebagian kecil alam semesta yang diambil sebagai sampel. Jadi, Anda mungkin memotong ujung atas Kalimantan jika Anda menggambar lingkaran ditengah-tengah peta Indonesia.
Karena hukum fisika tertolak dalam multiverse tak terbatas, satu-satunya cara untuk membuat hukum fisika masuk akal yaitu jika batasan tersebut benar adanya, batasan fisik tersebut sebenarnya bisa menjadi lebih luas. Jadi, beradasarkan fisika, teori tentang kiamat ini menjelaskan bahwa disuatu waktu, setelah 3.7 milyar tahun, kita akan melampaui batasan waktu tersebut, dan disitulah kiamat akan terjadi.
7. MULTIVERSE
teori multiverse adalah kiamat itu tidak terjadi sama sekali. Karena alam semesta itu tidak terhitung banyaknya, dan semua alam semesta ini mungkin masuk atau keluar dari eksistensi. Jadi, di alam semesta lain mungkin sedang terjadi Big Bang sekarang, dan alam semesta kita mungkin akan berakhir dengan Big Crunch. Tetapi hal itu tidaklah penting, karena dalam multiverse, alam semesta kita adalah salah satu alam semesta dari alam semesta yang tidak terbatas jumlahnya, dan masih ada “alam semesta” yang lebih besar diluar sana. Alam semesta adalah semua hal, apapun itu yang mewujudkan dirinya sendiri.
Meskipun waktu itu sendiri bisa habis dalam alam semesta lain, dalam teori multiverse, alam semesta baru itu terbentuk sepanjang waktu. Berdasarkan fisika, jumlah alam semesta baru akan selalu lebih besar daripada alam semesta lama. Jadi teorinya, jumlah alam semesta ini makin meningkat.
8. THE ETERNAL UNIVERSE
Dan yang terakhir adalah the eternal universe Salah satu teori tentang kiamat, yang selalu didengungkan sejak zaman dulu. Konsep ini adalah salah satu konsep pertama yang diciptakan manusia tentang sifat alami alam, tetapi ada hal baru dalam teori ini yang sedikit lebih serius.
Alih-alih dimulainya waktu sejalan dengan Big Bang, waktu itu sendiri bisa jadi telah ada sebelumnya, dan Big Bang bisa saja terhadi karena akibat tabrakan dari dua brane (struktur semacam selimut yang ada diluar angkasa, yang membentuk eksistensi yang lebih tinggi). Dalam teori ini, alam semesta terbentuk semacam siklus, dan akan terus mengembang selamanya.
Kita dapat mengetahui ini secara pasti dalam 20 tahun kedepan. Para ilmuwan telah meluncurkan satelit Planck yang melakukan survei alam semesta untuk pola radiasi, untuk memprediksi teori alam semesta manakah yang benar. Memang cukup lama, tetapi begitu manusia mengetahui pola radiasi yang ada, kita dapat memahami lebih lanjut bagaimanakah alam semesta dimulai, dan bagaimanakah akhirnya nanti.
Sumber : kaskus / wahyudit
Para fisikawan teoritis percaya bahwa alam semesta bisa berakhir suatu hari nanti - dan proses ini mungkin telah dimulai.
Mungkin ente belum pernah mendengarkan tentang beberapa teori tentang kiamat yang akan dipaparkan dibawah ini. Salah satu hal yang paling menarik tentang alam semesta adalah, kita hanya mengetahui sedikit saja tentang alam ini. Dan sama seperti kita ingin tahu apa yang terjadi setelah kita meninggal, sains dan ilmu pengetahuan juga melontarkan pertanyaan, “Bagaimanakah kiamat nanti terjadi?” Ada beberapa teori tentang hal ini, yang sangat berbeda satu sama lain.
seperti apa teori teori tentang berakhirnya alam semesta ini? simak ulasan berikut gan
1. THE BIG CRUNCH
Semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal yang disebut kiamat?
Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.
Berdasarkan teori Big Crunch, semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.
Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas semesta. Harus ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.
Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya seperti gambar gif di atas, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Begitu pula semesta, gaya gravitasi akan menang dan menarik semua obyek pada akhirnya.
Hingga saat ini ilmuwan menemukan bahwa semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan obyeknya menjauh. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan semesta takkan mati kecil.
Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.
Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Semesta menjadi sangat gelap dan dingin.
2. THE BIG BOUNCE
Bila Buddhisme mengenal reinkarnasi, demikian pula astronomi dan kosmologi. Salah satu teori dalam kosmologi adalah Big Bounce yang menguraikan bahwa tak ada kiamat semesta atau akhir masa. Yang ada hanya reinkarnasi. Big Bounce juga kadang ditandingkan dengan Big Bang sebagai teori penciptaan semesta.
Big Bounce terkait dengan teori Big Bang atau kelahiran semesta 13,7 miliar tahun yang lalu serta teori Big Crunch yang menguraikan bahwa suatu saat semesta akan berhenti mengembang dan terus menyusut hingga menjadi satu kesatuan.
Menurut teori Big Bounce, Big Bang dan Big Crunch adalah suatu proses kehidupan semesta yang berupa siklus. Semesta tercipta lewat Big Bang, mengembang, menyusut, mati dalam bentuk Big Crunch hingga akhirnya terlahir kembali lewat Big Bang. Big Crunch akan selalu diikuti Big Bang.
Kebenaran Big Bounce sangat tergantung dari ada tidaknya Big Crunch. Sementara Big Crunch sendiri mensyaratkan adanya nilai densitas yang lebih tinggi dari nilai tertentu, atau disebut densitas kritis. Tanpanya, Big Crunch takkan terjadi.
Sejauh ini, penelitian menunjukkan adanya materi gelap yang membuat semesta terus mengembang. Gaya karena adanya materi gelap mengalahkan gaya gravitasi yang diprediksi membuat semua obyek semesta tertarik dalam Big Crunch.
Dengan demikian, masih sulit untuk memercayai akan adanya Big Bounce, semesta yang mengalami reinkarnasi. Big Bounce hanyalah salah satu teori yang menguraikan nasib semesta, masih ada teori lain, yaitu Big Crunch serta Big Rip.
Akankah manusia mampu membuktikan akan ada atau tidaknya Big Bounce. Satu-satunya cara adalah mengalaminya. Lima miliar tahun mendatang, Matahari akan menjadi bintang raksasa merah, membuat kehidupan di Bumi musnah. Manusia tak akan mengalami Big Bounce kecuali bisa survive dari kiamat Bumi dan hidup hingga triliunan tahun mendatang.
3. THE BIG FREEZE
Ada skenario akhir semesta yang disebut Big Freeze. Skenario ini, kadang juga disebut Heat Death atau matinya energi panas. Dalam teori ini materi perlahan akan meluruh menjadi radiasi seiring alam semesta yang terus mengembang. Setelah triliunan tahun, bahkan atom yang membentuk materi yang tersisa akan mulai terdegradasi dan berdisintegrasi.
Bintang-bintang akan menua dan hancur, lubang hitam akan menguap dan akhirnya bahkan partikel cahaya akan lenyap.
kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses mengembangnya semesta yang tanpa batas. Istilah Heat Death, yang menjadi nama lain teori ini, berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi, entropi, atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur, akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum.
Pada saat entropi mencapai maksimum, panas akan terdistribusi merata di wilayah yang sangat luas, tak mengizinkan adanya ruang yang memungkinkan penggunaan energi. Saat itu, gerak mekanik dalam suatu sistem takkan mungkin. Skenario akhir masa dalam Big Freeze berlawanan dengan Big Crunch. Dalam Big Crunch, semesta akan menjadi sangat mampat, membentuk lubang hitam sangat besar. Sementara itu, dalam Big Freeze, semesta menjadi sangat gelap dan dingin.
Untuk menentukan skenario mana yang lebih mungkin, ilmuwan harus menggali data tentang densitas, komposisi, dan bahkan bentuk semesta. Ada yang disebut densitas kritis. Jika nilai densitas yang ditemukan lebih rendah, skenario Big Freeze menjadi mungkin. Sejauh ini, pengukuran oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang menangkap Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) mengindikasikan bahwa densitas jauh lebih kecil daripada densitas kritis. Dengan demikian, ilmuwan menyatakan, Big Freeze adalah skenario kiamat semesta yang paling mungkin. Kapan terjadinya? Masih triliunan tahun lagi.
4. THE BIG RIP
Menurut skenario 'big rip', alam semesta akan terus mengembang dan laju pengembangannya semakin cepat tiap harinya. Dr Mat Pier dari Universitas Portmouth menjelaskan bahwa ekspansi atau pengembangan alam semesta ketika masih muda diperlambat oleh pengaruh gravitasi. Namun dalam kurun waktu 5 miliar tahun terakhir, alam semesta mulai mengembang dengan sangat cepat akibat kekuatan misterius yang para ilmuwan sebut 'energi gelap'.
Lama kelamaan alam semesta diprediksi akan mengembang tak terkendali dengan laju setara kecepatan cahaya. Imbasnya, galaksi, bintang, hingga planet seakan tercabik-cabik hingga musnah tak tersisa.
5. VACCUM METASTABILLITY EVENT
Salah satu teori tentang kiamat ini menjelaskan tentang ide bahwa alam semesta eksis dalam kondisi, yang secara fundamental, tidak stabil. Jika ente memperhatikan nilai dari partikal fisika kuantum, beberapa orang mengatakan bahwa alam semesta kita sedang “berjungkat-jungkit” diujung stabilitas. Jadi, beberapa ilmuwan berteori bahwa milyaran tahun dari sekarang, alam semesta akan “jatuh ke tepi.” Saat hal ini terjadi, pada suatu tempat dalam alam semesta, sebuah gelembung akan muncul. Setelah itu, gelembung tersebut akan mengembang dalam kecepatan cahaya dan menghancurkan semua hal yang disentuhnya.
Tetapi jangan khawatir: alam semesta tetap masih ada. Gelembung ini adalah alam semesta “yang serupa tapi tak sama.” Hukum fisika akan berubah, dan mungkin saja siklus hidup itu sendiri.
6. THE TIME BARRIER
jika kita mencoba untuk mengkalkulasi probabilitas dalam multiverse, kita akan menemukan masalah yang sama seperti alam semesta dengan waktu yang tak terbatas: Semua hal memiliki 100 persen kemungkinan untuk terjadi. Untuk mengatasi hal ini, para ilmuwan menggunakan sebagian kecil alam semesta untuk menghitung kemungkinan yang akan terjadi didalamnya. Hal ini membuat kalkulasi yang dilakukan berhasil, tetapi batasan yang mereka buat selalu memotong alam semesta pada tepi luar dari sebagian kecil alam semesta yang diambil sebagai sampel. Jadi, Anda mungkin memotong ujung atas Kalimantan jika Anda menggambar lingkaran ditengah-tengah peta Indonesia.
Karena hukum fisika tertolak dalam multiverse tak terbatas, satu-satunya cara untuk membuat hukum fisika masuk akal yaitu jika batasan tersebut benar adanya, batasan fisik tersebut sebenarnya bisa menjadi lebih luas. Jadi, beradasarkan fisika, teori tentang kiamat ini menjelaskan bahwa disuatu waktu, setelah 3.7 milyar tahun, kita akan melampaui batasan waktu tersebut, dan disitulah kiamat akan terjadi.
7. MULTIVERSE
teori multiverse adalah kiamat itu tidak terjadi sama sekali. Karena alam semesta itu tidak terhitung banyaknya, dan semua alam semesta ini mungkin masuk atau keluar dari eksistensi. Jadi, di alam semesta lain mungkin sedang terjadi Big Bang sekarang, dan alam semesta kita mungkin akan berakhir dengan Big Crunch. Tetapi hal itu tidaklah penting, karena dalam multiverse, alam semesta kita adalah salah satu alam semesta dari alam semesta yang tidak terbatas jumlahnya, dan masih ada “alam semesta” yang lebih besar diluar sana. Alam semesta adalah semua hal, apapun itu yang mewujudkan dirinya sendiri.
Meskipun waktu itu sendiri bisa habis dalam alam semesta lain, dalam teori multiverse, alam semesta baru itu terbentuk sepanjang waktu. Berdasarkan fisika, jumlah alam semesta baru akan selalu lebih besar daripada alam semesta lama. Jadi teorinya, jumlah alam semesta ini makin meningkat.
8. THE ETERNAL UNIVERSE
Dan yang terakhir adalah the eternal universe Salah satu teori tentang kiamat, yang selalu didengungkan sejak zaman dulu. Konsep ini adalah salah satu konsep pertama yang diciptakan manusia tentang sifat alami alam, tetapi ada hal baru dalam teori ini yang sedikit lebih serius.
Alih-alih dimulainya waktu sejalan dengan Big Bang, waktu itu sendiri bisa jadi telah ada sebelumnya, dan Big Bang bisa saja terhadi karena akibat tabrakan dari dua brane (struktur semacam selimut yang ada diluar angkasa, yang membentuk eksistensi yang lebih tinggi). Dalam teori ini, alam semesta terbentuk semacam siklus, dan akan terus mengembang selamanya.
Kita dapat mengetahui ini secara pasti dalam 20 tahun kedepan. Para ilmuwan telah meluncurkan satelit Planck yang melakukan survei alam semesta untuk pola radiasi, untuk memprediksi teori alam semesta manakah yang benar. Memang cukup lama, tetapi begitu manusia mengetahui pola radiasi yang ada, kita dapat memahami lebih lanjut bagaimanakah alam semesta dimulai, dan bagaimanakah akhirnya nanti.
Sumber : kaskus / wahyudit
Belum ada Komentar untuk "Teori - Teori Yang Menjelaskan, Bagaimana Alam Semesta Ini Akan Berakhir!"
Posting Komentar