Pentingnya Terumbu Karang Bagi Ekosistem Laut dan Kehidupan Kita
Adalah sebuah dunia ajaib yang penuh dengan keindahan, dan akan membuat waktu seakan melambat. Kebanyakan dari kita mungkin lebih suka menatap ke langit, ke luar angkasa, menatap gugusan bintang-bintang yang berkelip dengan perasaan takjub sembari bertanya-tanya apakah ada bentuk kehidupan lain di luar sana ?. Namun kita sebenarnya memiliki dunia yang bisa dibilang hampir seperti dunia yang asing, ya di planet kita sendiri, dan dunia asing ini sangat penuh dengan kehidupan. Tapi inilah dunia yang tidak banyak orang atau bahkan hampir tidak pernah mengeksplorasinya.
Beberapa waktu lalu, TS sempat melakukan riset dan observasi di beberapa perairan di Bumi Nusantara, bertemu dengan banyak spesies biota laut yang cantik, anggun dan menakjubkan, serta melakukan beberapa kegiatan, dan kali ini TS mencoba untuk menceritakan tentang dunia “asing” itu, kondisinya saat ini yang sedang berada di ujung tanduk serta keterkaitannya dengan kehidupan kita, sebuah cerita dari balik selimut biru planet ini.
Terumbu karang tersusun atau terbuat dari karang berbatu dan diperkuat oleh kerangka kapur yang mereka hasilkan. “Hutan hujan” yang ada di lautan ini merupakan rumah bagi seperempat dari semua spesies ikan yang hidup di laut. Selain keberagaman kehidupan laut yang ditopang oleh mereka, terumbu karang juga sangat bermanfaat bagi kita manusia, sebagai benteng daerah pesisir pantai dari hantaman ombak dan badai, menyediakan makanan dan pekerjaan bagi jutaan orang serta membantu perkembangan kemajuan ilmu kedokteran modern.
Lantas bagaimana struktur menakjubkan ini terbentuk ? bagaimana satu karang tunggal yang panjangnya hanya 3 milimeter menjadi sebuah terumbu karang yang dapat membentang hingga ribuan kilometer dan memiliki berat ratusan ton ?
KEHIDUPAN DAN FORMASI TERUMBU KARANG
Mungkin jika kita kebetulan sedang traveling ke pantai dan melakukan aktivitas snorkeling kemudian kita melihat di bawah air nampak sekumpulan karang yang bercabang-cabang seperti sebuah pohon, kita akan mengetahui mengapa para ilmuwan awalnya beranggapan bahwa karang adalah termasuk jenis tumbuhan. Akan tetapi, makhluk kecil yang lunak ini sebenarnya adalah karnivora meski hanya bisa menetap pada satu tempat saja. Seperti kerabat mereka, si Ubur-ubur dan Anemon laut pada filum Cnidaria, masing-masing karang terbentuk dari kumpulan makhluk kecil yang disebut “Polip”, Polip memiliki sel-sel penyengat yang disebut “nematocyst”, sel-sel ini dapat memanjang untuk menangkap mangsa seperti zooplankton atau ikan-ikan kecil. Sebuah karang dibentuk oleh ribuan hewan laut kecil yang disebut Polip, sementara terumbu adalah struktur fisik yang merupakan habitat bagi karang, terumbu terbentuk akibat proses sekresi polip dari generasi ke generasi atau lewat proses biotik dan abiotik.
Meskipun para ilmuwan pada awalnya sempat salah, namun kesalahan itu sangat mudah dipahami. Karang bisa dianggap setengah tumbuhan karena adanya ganggang Zooxanthellae (dibaca : Zoo-zan-thelly) yang hidup di dalam masing-masing dinding sel pada setiap Polip. Zooxanthellae menyuplai Polip dengan produk hasil fotosintesisnya yang kemudian oleh polip diubah menjadi protein, lemak dan karbohidrat. Sebagai gantinya, polip memberikan layanan perlindungan, tempat tinggal dan menyediakan karbon, nitrat dan fosfat yang dibutuhkan ganggang untuk berfotosintesis. 90% energi yang dihasilkan fotosintesis zooxanthellae disalurkan kepada karang.
Zooxanthellae dalam lapang pandang mikroskop |
Polip dari karang yang masih baru akan menetap pada dasar laut sampai mereka menemukan substrat keras untuk dijadikan rumah, entah dengan mengkombinasikan dengan koloni yang sudah ada atau membentuk koloni baru. Agar mereka terhubung dengan bagian dasarnya, polip karang menghubungkan satu dengan yang lain menggunakan sebuah jaringan tipis yang disebut dengan “Coenosarc”. Coenosarc dan polip membentuk organ hidup dan bergerak dari sebuah terumbu karang, sementara lapisan batu kapurnya membentuk organ yang tidak bergerak.
Selanjutnya, kita akan mengenal lebih dekat tentang struktur dari sebuah terumbu karang dan mengetahui tentang kondisi seperti apa yang mereka butuhkan agar bisa hidup serta beberapa macam jenis terumbu karang.
HABITAT DAN STRUKTUR TERUMBU KARANG
Jika kita melakukan Scuba Dive di perairan dingin, kita tidak akan bertemu dengan terumbu karang. Karena simbiosis unik mereka dengan Zooxanthellae yang mana membutuhkan cahaya matahari dan perairan hangat untuk hidup, terumbu karang populasinya terbatas pada distribusi geografisnya, 30 derajat sebelah utara atau sebelah selatan dari garis ekuator. Terumbu karang di kepulauan Bahama yang terletak pada 32 derajat sebelah utara dari ekuator adalah pengecualian karena air hangat yang mereka dapatkan berasal dari aliran arus Teluk Meksiko.
Selain membutuhkan sinar matahari dan air hangat yang tidak bersuhu dibawah 18 derajat Celcius, terumbu karang juga membutuhkan lingkungan air laut dengan kadar keasinan yang spesifik. Seperti yang ditunjukkan pada peta, mayoritas terumbu karang terdapat pada lokasi sekitar perairan Samudera Hindia dan Pasifik yang memiliki persyaratan kondisi lingkungan yang dibutuhkan.Lantas bagaimana dengan di Indonesia sendiri ? Jangan tanya, perairan kita adalah salah satu yang paling kaya akan terumbu karang gan.
Terumbu karang tumbuh dengan baik pada perairan jernih yang miskin akan nutrisi. Terlalu banyak material terlarut dalam air akan menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan ganggang untuk berfotosintesis. Terumbu karang dapat tumbuh dengan kecepatan sampai 10 Cm per tahun dengan kondisi optimal sebagai berikut :
- Cahaya matahari yang cukup
- Kondisi air yang jernih
- Temperatur antara 23 - 29 derajat Celcius
Pada kondisi hari dan cuaca yang cerah, terumbu karang dapat menghasilkan kalsium karbonat dua kali lebih cepat daripada ketika hari sedang berawan. Meskipun dengan kecepatan tumbuh 10 Cm per tahun, sebuah terumbu karang yang sehat membutuhkan waktu ribuan tahun untuk terbentuk.
Meskipun terumbu karang memiliki kebutuhan dasar dan komponen penyusun yang sama, kita bisa membedakannya menjadi tiga kategori, bergantung pada dimana mereka terbentuk.
FRINGING REEF (TERUMBU TEPI)
Fringing Reef atau Terumbu Tepi adalah yang paling umum. Mereka berasal dari tepian pantai dan tumbuh berkembang pada tepian daratan, membentuk sebuah pembatas yang membentang menjorok kearah laut. Terumbu ini juga banyak terdapat di Indonesia.
BARRIER REEF
Barrier Reef mirip dengan Fringing Reef, mereka juga mengelilingi daratan, namun bedanya mereka membentuk perbatasan dengan jarak yang agak jauh, dengan air yang membentang diantara terumbu dan pantai.
ATOLL
Yang ketiga adalah Atoll, biasanya kalau tidak berbentuk melingkar ya oval dan umumnya melingkupi laguna. Atol muncul ketika sebuah Fringing Reef terbentuk di sekeliling gunung berapi yang nantinya akan hilang di bawah permukaan laut sementara terumbu karang akan terus tumbuh.
ZONA TERUMBU KARANG
Semua terumbu memiliki zona vertikal dan horizontal tertentu yang ditentukan dan dibentuk oleh perbedaan kedalaman, pergerakan ombak, pergerakan arus, cahaya, temperatur dan endapan di sekitar bagian terumbu karang. Meskipun karakteristik pasti dari masing-masing zona bisa berbeda-beda bergantung pada lokasi dan jenis terumbu karangnya, semua terumbu karang memiliki apa yang disebut dengan “Fore Reef” atau “Seaward Slope” dan “Back Reef”. Back Reef adalah bagian dari terumbu yang berada pada posisi terdekat dengan pantai, sementara Fore Reef adalah yang lebih jauh menghadap ke laut.
Jika kita melakukan Scuba Dive dan berenang menjauhi daratan, kita akan bertemu dengan Reef Flat, sebuah zona yang relatif dangkal dari Back Reef yang terletak paling dekat dengan pantai. Perairan air yang dangkal dan datar ini menciptakan kondisi temperatur dan kadar keasinan yang bervariasi dan juga menjadi penyebab akumulasi endapan material. Faktor-faktor ini, bersama dengan paparan terbuka ketika air surut, cenderung membatasi pertumbuhan karang pada bagian terumbu. Meskipun kelangkaan karang terjadi di sini,namun bagian ini menopang kehidupan sebagian besar spesies di seluruh ekosistem terumbu karang. Kerang, tiram, cacing, kepiting dan lobster pun mendominasi bagian ini.
Reef Flat sedikit memiliki karang tapi lingkungan perairannya yang dangkal penuh dengan kehidupan. Setelah kita berenang melewati dan mengenal kehidupan biota laut pada zona Reef Flat, kita akan menyadari bahwa terumbu mulai menjulang mengarah ke atas, membentuk sebuah puncak terumbu. Jika kita terus bergerak melewati puncaknya dan terus bergerak jauh ke lautan, kita akan bertemu dengan apa yang disebut “Buttresses Zone”, yang berada pada sisi terluar dari fore reef.
Jika kita ingin mencari hiu atau ikan Barracuda selama penyelaman, zona ini merupakan tempat yang tepat untuk menemukan mereka. Terumbu karang pada zona ini ditandai dengan adanya tonjolan atau penopang karang yang menonjol keluar dari dinding terumbu. Diantara keduanya terdapat serangkaian alur atau saluran yang membantu mengurangi kekuatan ombak yang datang menghantam dengan cara memecah aliran ombak yang masuk dan mengalirkan kembali ke laut dimana akan bertemu dengan ombak yang datang, hal ini akan menghilangkan kekuatan ombak, saluran-saluran dan alur itu juga membantu membuang endapan material dari terumbu karang.
Akhirnya, setelah melewati zona itu, kita pun sampai pada zona terluar dari seaward slope dan dinding terumbu karang. Meskipun zona ini mendapatkan lebih sedikit cahaya karena kedalamannya,(sekitar 20-40 meter) kita akan menemukan jumlah spesies terumbu karang terbanyak yang tumbuh di sini karena sedikitnya aktivitas gelombang laut. Di luar zona ini, endapan mineral dan material semakin meningkat dan terumbu karang pun akan semakin jarang ditemukan.
Masing-masing zona terumbu karang itu unik, dan semuanya, mereka membentuk salah satu ekosistem yang paling kaya akan keberagaman spesies dan paling produktif di planet Bumi ini.
THE GREAT BARRIER REEF
Great Barrier Reef adalah satu dari 7 keajaiban di dunia alam. Dengan lebih dari 400 spesies terumbu karang, 2.000 spesies ikan, 4.000 moluska dan menjadi rumah bagi 6 spesies penyu yang ada di dunia. Sebagai perbandingan, misalnya kita bisa memilih satu karang individu yang ada pada keseluruhan Great Barrier Reef, maka kita akan menemukan lebih banyak spesies di situ dibandingkan dengan di keseluruhan perairan tropis di Samudera Atlantik. Dengan banyaknya bentuk kehidupan laut yang ada pada masing-masing terumbu, kita bisa menyelami satu titik itu berkali-kali dan masih juga belum bisa melihat kesemuanya. Flame angelfish, Belut Moray, Hiu Martil, Staghorn coral, itu hanya sedikit contoh apa yang akan kita temukan jika menjelajahi Great Barrier Reef.
Great Barrier Reef membentang dari sebelah Timur laut pantai Australia. Australia menjadikannya sebagai taman bawah laut pada tahun 1975 setelah protes yang dilakukan masyarakatnya terkait dengan pengeboran minyak di sekitar terumbu karang. Enam tahun kemudian, terumbu karang itu ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia sebagai sebuah daerah yang memiliki keindahan dan kecantikan luar biasa dan peran pentingnya terhadap alam. Manajemen terumbu karang ini dilakukan dengan membaginya menjadi beberapa zona. Hanya 1% dari keseluruhan area yang terlarang untuk apapun kecuali riset. Sisanya dibagi menjadi zona taman nasional, yang dilengkapi dengan fasilitas untuk edukasi dan rekreasi, serta zona umum yang mengijinkan aktivitas seperti pemancingan.
Great Barrier Reef adalah sistem terumbu karang yang relatif terlindungi dengan baik (meski saat ini kabar buruk juga datang dari GBR akibat terjadinya pemutihan massal pada beberapa zona di GBR). Terumbu karang lain tidak seberuntung itu. Faktor aktivitas manusia telah menyebabkan 10% kerusakan terhadap keseluruhan terumbu karang di dunia yang sulit untuk diperbaiki, dan 30% nya akan mati dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Di Filipina, 70% terumbu karang telah hancur dan hanya 5% yang masih tersisa dalam kondisi baik. Lantas apa yang menyebabkan kerusakan yang menjalar seperti wabah mematikan ini ?
Lanjut di bawah ya gan.
ANCAMAN BAGI TERUMBU KARANG
Terumbu karang sangat rentan terhadap berbagai macam kondisi. Bahkan hanya dengan penambahan temperatur satu derajat saja dapat menimbulkan kerusakan yang signifkan, dan kemudian akan memutuskan rantai simbiosisnya dengan ganggang dalam sebuah proses yang disebut dengan “Coral Bleaching” atau “Pemutihan karang”. Disebut dengan pemutihan karena ganggang tersebut lah yang memberikan warna putih pada karang. Tanpa kehadiran ganggang, maka karang akan berubah warna menjadi putih terang, jika kondisi stres ini berlanjut terus maka ganggang tidak akan kembali lagi dan karang pun akan mati.
Selain karena meningkatnya temperatur, beberapa faktor lain juga dapat memicu pemutihan atau kerusakan lain. Sebagian ancaman ini terjadi karena faktor alam, misal badai dan predator, sementara sebagian besar lain disebabkan karena ulah manusia, seperti polusi dan penangkapan ikan berlebih.
Gelombang besar yang berasal dari badai dan topan seringkali merusak terumbu karang. Gelombang laut dengan mudah bisa menghancurkan atau meratakan bagian besar terumbu karang. Meningkatnya temperatur pun dapat mengubah kadar keasinan air laut dan meningkatkan curah hujan, curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama cenderung menekan pertumbuhan terumbu karang.
Terumbu karang juga memiliki musuh alami atau predator alamiahnya. Kepiting, cacing laut, siput dan Barnacle, kesemuanya suka memakan polip, predator-predator ini bisa menghancurkan hingga pada lapisan kapurnya dan menyebabkan polip baru tidak dapat tumbuh dan membuat koloni. Salah satu musuh terumbu karang yang paling berwarna-warni, ikan Kakatua, dengan mudah dikenali oleh para penyelam karena penampilannya yang khas, juga gemar memakan terumbu karang.
Namun, mungkin musuh terbesar dan paling berbahaya dari kesemua predator itu adalah kita, manusia. Manusia tidak hanya bertanggung jawab atas peningkatan temperatur yang menyebabkan pemutihan pada terumbu karang, namun juga cara penangkapan ikan, polusi dan bahkan yang nampak tidak ada kaitannya seperti penggundulan hutan pun juga membahayakan terumbu karang.
Memancing bisa menjadi masalah pada beberapa kondisi. Penangkapan ikan berlebih juga menyebabkan hilanynya spesies yang menjadi kunci pada rantai makanan di laut. Metode yang digunakan untuk menangkap ikan juga bisa menyebabkan kerusakan. Penangkapan dengan menggunakan sianida misalnya, telah digunakan oleh 15 negara dan juga termasuk membuang sianida ke terumbu karang untuk melumpuhkan ikan agar mudah ditangkap. Sianida ini tidak hanya membunuh ikan tapi juga terumbu karang, selain itu sebagian nelayan juga melakukan penangkapan ikan dengan bahan peledak. Ledakan itu menghancurkan terumbu karang dan menyebabkan koloni di sekitarnya memutih. Ada lebih dari 40 negara yang mengijinkan penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan.
JANGAN DITIRU GAN
Orang-orang dungu yang merusak terumbu karang |
Kabar baiknya, banyak kelompok dan komunitas yang muncul demi menyelamatkan terumbu karang, dengan melakukan riset dan usaha konservasi. Lebih banyak terumbu karang saat ini dinyatakan sebagai area laut yang dilindungi, sebagian negara melakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas penangkapan ikan dan beberapa organisasi lingkungan bahkan memberi kita pilihan untuk “mengadopsi” terumbu karang.
APA YANG AKAN TERJADI JIKA TERUMBU KARANG LENYAP DARI BUMI ?
Tidak hanya menopang keanekaragaman spesies terbesar di laut seluruh dunia, terumbu karang juga memiliki peran yang vital bagi 500 juta orang yang menggantungkan hidupnya untuk makanan, pekerjaan dan berlibur, dengan diperkirakan memiliki dampak ekonomi sebesar US$ 375 trilyun tiap tahunnya.
Ancaman terhadap terumbu karang meliputi perubahan iklim, polusi, pengembangan pantai, penangkapan ikan dan industri perhiasan dan souvenir. Jadi, apa yang akan terjadi jika terumbu karang benar-benar lenyap dari Bumi ? Sebagian ilmuwan mengatakan, kelaparan, kemiskinan dan ketidakstabilan politik akan terjadi ketika mata pencaharian masyarakat di seluruh negara pun hilang. Ketika karang mati, terumbu pun akan ikut mati juga dan tergerus, ini berarti hancurnya habitat dan tempat berkembang biak bagi banyak biota laut, secara tidak langsung biota laut seperti ikan kerapu, tiram, kerang dan kepiting pun akan terkena dampaknya.
Industri penangkapan ikan yang mempekerjakan 38 juta orang di seluruh dunia pun akan runtuh. Pada akhirnya, kesehatan semua orang di seluruh dunia pun juga akan terancam, karena karang juga digunakan di bidang kedokteran modern.Itu semua hanya sebagian kecil dari dampak skenario terburuk yang bisa diprediksikan, meski demikian masih banyak masalah dan bencana-bencana yang akan terjadi yang masih tidak bisa kita bayangkan.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan dan menyelamatkan terumbu karang. Misalnya dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, menjadi sukarelawan pada kegiatan pembersihan pantai dan terumbu karang (Coral Gardening), penanaman Biorock dan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk yang dapat mencemari laut.
Berikut ini adalah kondisi terumbu karang di beberapa perairan di Indonesia yang sempat TS observasi, sungguh sedih melihatnya. Agan bisa lihat diantara terumbu karang yang masih hidup, banyak sekali bangkai, jasad sisa-sisa terumbu karang yang telah mati, bahkan ada seekor penyu yang sedang mengais makanan di tumpukan jasad itu.
Terumbu karang adalah sesuatu yang tak ternilai harganya serta patut untuk dilindungi dan diselamatkan.Keindahan dan kecantikan mereka serta keanekaragaman hayati yang mereka miliki adalah satu-satunya yang ada di planet ini. Tanpa keberadaannya, kehidupan kita akan menjadi sangat berbeda. Dan mungkin kita harus tetap terus bertanya pada diri kita sendiri, tentang siapa kita sebenarnya ? dan mengapa kita ada di sini ?
Source : Third.Reich
Belum ada Komentar untuk "Pentingnya Terumbu Karang Bagi Ekosistem Laut dan Kehidupan Kita"
Posting Komentar