7 Pesepakbola Top yang Memiliki Gelar Sarjana





















Bermain sepakbola dapat dilakukan semua orang hanya untuk mengeluarkan keringat, namun, menjalani profesi sebagai pesepakbola profesional yang sesungguhnya tidak mudah. Dibutuhkan fokus dan kerja keras di tiap sesi latihan untuk memenuhi tuntutan pelatih, sehari-harinya mereka berlatih demi dapat tampil memukau dalam sebuah pertandingan. Hampir tak ada waktu bagi pesepakbola profesional meluangkan waktu untuk hal lainnya, apalagi untuk mengeyang pendidikan di level universitas.

Waktu luang memang ada bagi pesepakbola ketika mereka telah selesai berlatih, tapi, kebanyakan di antara mereka memilih menghabiskan waktu luang itu untuk bersantai dan bersenang-senang, menghindar sesaat dari kepenatan sepakbola. Jarang di antara pesepakbola profesional yang menggunakan waktu luangnya untuk belajar, menghabiskan waktu untuk menggunakan kemampuan otak di saat tubuh letih pasca latihan.

Sulit, tapi bukan tak mungkin dilakukan. Ada beberapa pemain top yang terbukti mampu mengimbangi aktivitasnya sebagai pesepakbola profesional dengan statusnya sebagai mahasiswa suatu universitas, dan sukses menjadi sarjana di tengah kesibukannya itu. Siapa saja mereka?


1. GLEN JOHNSON



















Mantan bek kanan timnas Inggris ini tidak hanya jago dalam mengirim umpan silang atau tahu momen tepat untuk menyerang pertahanan lawan, tapi ia juga jago matematika – bidang studi yang kerap jadi momok pelajar. Johnson menjalani aktivitas di luar sepakbola sebagai mahasiswa kampus terbuka, kampus yang melayani pembelajaran jarak jauh – bisa online atau privat.

Ia sudah lama belajar matematika di sela-sela kesibukannya bersama Liverpool di masa lalu dan juga kini bersama Stoke City. Johnson telah mendapatkan gelar matematika melalui kerja kerasnya membagi waktu. Menariknya, jika ditanya apa alasannya memilih bidang studi itu, alasannya cukup unik.

“Matematika saya bagus saat sekolah dulu dan saat itu saya tak memikirkan apapun selain sepakbola. Guru saya pernah berkata, ‘Anda tidak akan meraih apapun’. Jadi, saya berpikir, ‘saya akan tunjukkan kepada Anda’,” kenang Johnson.

2. JUAN MATA














Pemain yang rendah hati dan disukai kawan atau lawan. Kualitas bermain Mata dalam membuka celah di pertahanan lawan sudah tak diragukan lagi, ia juga bagian skuat timnas Spanyol saat menjuarai Piala Dunia 2010 dan Euro 2012. Pemain kelahiran Burgos 28 April 1988 ini juga tidak takut untuk merantau jauh dari negaranya dan berkarir di Inggris bersama Chelsea (2011-2014) dan Manchester United.

Dalam permainannya di atas lapangan pertandingan, Mata dikenal sebagai pemain yang cerdas dan memiliki visi yang baik dalam melihat pergerakan rekan setimnya. Gaya bermainnya itu tampak mencerminkan kepribadian alumni Real Madrid Castilla ini ketika tidak bermain sepakbola.

Kesuksesannya sebagai pesepakbola profesional tak membuat Mata lupa akan pentingnya pendidikan. Ia meraih dua gelar sarjana di bidang jurnalisme di Universitas Madrid, dan Marketing and Sports Science di Universitas Manchester.


Meraih gelar S2 dan sukses sebagai pemain, Mata membuktikan selama ada kemauan, pasti ada jalan. Ia meraih dua gelar itu di tengah kesibukannya sebagai pesepakbola profesional. Tak hanya itu, pemain berusia 28 tahun ini juga memiliki passion sebagai penulis dan sering mencurahkan segalanya di dalam blog pribadinya.

3. VINCENT KOMPANY














Darah pengusaha sudah mengalir di darah mantan pemain Anderlecht itu karena orang tuanya merupakan aktivis Kongo dan pengusaha uni dagang Belgia. Pesan orang tua kepada Kompany jelas, ‘Jangan pernah melupakan pentingnya pendidikan, seberapa pun suksesnya kamu.’


Ucapan orang tuanya itu terpatri di benak pikiran Kompany yang telah menyelesaikan studinya di administrasi bisnis di Manchester Business School. Bergelut di bidang bisnis pun bisa jadi solusi bagi Kompany jika kelak ia gantung sepatu.

4. SIMON MIGNOLET














Penampilan Mignolet boleh dikritik, tapi, sang kiper tak banyak bicara dan lebih banyak menunjukkan aksinya ketika bertanding. Belakangan, mantan kiper Sint-Truiden ini menunjukkan aksinya ketika dipercaya Jurgen Klopp mengawal gawang The Reds. Teranyar, aksi penyelamatannya membawa Liverpool menang 2-1 kontra Stoke City di Premier League.

Kegemilangannya itu pun mengingatkan masa-masa terbaiknya ketika ia membela panji Sunderland pada periode 2010-2013. Tiga tahun di Tyne and Wear, Mignolet belajar banyak dari Craig Gordon (mantan kiper Sunderland) dan di sana juga, ia menghabiskan waktu luangnya untuk belajar ilmu politik di Catholic University of Leuven.

Tak butuh waktu lama baginya lulus dan meraih gelar sarjana. Mignolet merupakan salah satu pesepakbola top yang cepat lulus karena ia fokus belajar di sela-sela aktivitasnya sebagai kiper The Black Cats, ia sampai harus rela membuang banyak waktu luang, terutamanya ketika pemain lain bermain, Mignolet fokus belajar.


Gelar sarjana bukan satu-satunya kelebihan yang dimiliki Mignolet dibanding pemain lainnya, karena ia juga fasih menguasai empat bahasa: Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda.

5. ANDREI ARSHAVIN














Karirnya memang tidak terlalu gemilang bersama The Gunners, namun tidak bersama klub masa kecilnya, Zenit Saint Petersburg. Arshavin memiliki seluruh kehidupannya di sana, dari kenangan masa kecil, kesuksesan dari segi trofi, hingga keberhasilannya meraih gelar sarjana teknologi dan desain di St Petersburg State University.

Uniknya, pada awalnya Arshavin tidak memilih jurusan desain melainkan teknologi kimia, namun, ketika ia lebih sibuk berlatih dengan Zenit dan sering absen kuliah, Arshavin pun pindah jurusan ke desain.

“Ketika berusia 17 tahun saya harus memilih universitas. Teman saya dan saya mencoba fakultas teknologi and desain karena banyak perempuan di antara mahasiswa, dan Anda tak perlu belajar mati-matian, paling tidak begitulah pikiran kami. Saya mendaftar di jurusan teknologi kimia,” kenang Arshavin.

“Tapi ketika saya mulai berlatih dengan Zenit, saya banyak absen kuliah. Saya lalu pindah ke jurusan desain pakaian, saya bahkan mendesain sendiri beberapa bahan baju.”


Pilihan Arshavin pun tidak salah dan keinginannya saat itu jadi kenyataan. Ia memiliki merek pakaiannya sendiri di Rusia dan populer di kalangan wanita, bahkan pemikiran cerdas Arshavin menuntunnya dalam pembuatan tesis tentang pakaian yang juga bisa berfungsi sebagai pakaian olahraga. Ia juga pernah membuat buku berjudul “555 Questions and Answers on Women, Money, Politics, and Football”.

6. YUTO NAGATOMO






















Pendidikan tinggi sudah jadi hal yang lumrah bagi warga Jepang, begitu juga untuk bek kiri Negeri Sakura berusia 30 tahun, Yuto Nagatomo. Ia merupakan lulusan fakultas ekonomi di Doshisha University dan telah menerbitkan dua buku ketika masih bermain untuk FC Tokyo pada kurun waktu 2007-2011.

Sepakbola tak menghalanginya untuk mencari pendidikan tertinggi dan Nagatomo menyempurnakannya dengan kebanggaan menjadi pemain Jepang pertama di Inter Milan. Bahkan, eks pemain Cesena ini sempat mengenakan ban kapten untuk klub berjuluk Nerazzurri itu.

Nagatomo merupakan salah satu pesepakbola Jepang yang sukses berkarir di Eropa saat ini selain Shinji Kagawa (Borussia Dortmund), Keisuke Honda (AC Milan), Shinji Okazaki (Leicester City), dan Maya Yoshida (Southampton).

7. GIORGIO CHIELLINI

















Di luar sepakbola, Chiellini (32 tahun) merupakan pria yang pintar karena lulus SMA dengan nilai tertinggi dan melanjutkannya ke level universitas. Chiellini mendapat gelar master di bidang studi Bisnis Ekonomi di Universitas Manajemen dan Ekonomi Turin, ia meraih penghargaan cumlaude alias mahasiswa yang lulus dengan nilai terbaik.


Eks pemain Livorno, Roma, dan Fiorentina ini pernah membicarakan kasus Brexit Inggris dari sudut pandang sarjana ekonomi, dan berbicara dampak ekonomi Inggris pasca keputusan dari negara Uni-Eropa.


Sumber: kaskus / 



Belum ada Komentar untuk "7 Pesepakbola Top yang Memiliki Gelar Sarjana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel