Kenangan Saat Televisi Masih Menjadi Barang Langka dan Mewah

Intro

Zaman berlalu dengan cepat, banyak perubahan yang telah terjadi dalam semua hal, salah satunya adanya perubahan “status” dari sebuah barang, misalnya saja Televisi yang akan menjadi pembahasan yang ane angkat pada thread sederhana kali ini. Pada sekitar akhir tahun 80an dan awal 90an Televisi Masih menjadi barang yang mewah dan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, berbeda sekali dengan masa sekarang dimana hampir tiap rumah bisa kita temukan adanya televisi seperti kacang goreng yang siapa saja bisa memilikinya, faktor penyebabnya tentu saja sangat banyak namun kita tidak akan membahas hal tersebut, yang akan menjadi pembahasan pada thread sederhana ane kali ini adalah berbagai fenomena serta keadaan yang terjadi saat Televisi masih menjadi barang langka dan mewah

Untuk Membuat Semua Orang Suka Terhadap Sebuah Karya Itu tidak akan Pernah Bisa
Selalu Saja Ada yang Suka dan Tidak Suka
Ane Mohon Maaf Jika Ada yang Tidak Berkenan

Semoga thread sederhana ini bisa bermanfaat.




Saat Televisi Masih Menjadi Barang Langka dan Mewah




Yang Punya Televisi Masih bisa dihitung dengan jari

Seperti yang ane kemukakan diatas, pada sekitar era 90an kebawah Televisi masih menjadi barang mewah yang tidak semua orang bisa memilikanya, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membelinya, di satu kampung saja kita bisa menghitung jumlah orang yang memiliki televisi, belum lagi jenis dan merknya juga masih terbatas, ane masih ingat dengan jelas di sekitar tempat tinggal ane hanya bapak Kepala Desa saja yang memiliki Televisi, setelah beberapa tahun kemudian barulah ada beberapa tetangga yang memiliknya juga, itu pun masih Televisi hitam putih, meskipun demikian itu sudah sangat menyenangkan sekali, bisa dikatakan bahwa memiliki televisi pada waktu itu sebagai tolak ukur kemapanan sebuah keluarga. Selain karena harganya yang memang mahal untuk ukuran saat itu, kendala letak wilayah juga mempengaruhi, penyebabnya tentu saja masalah signal yang ditangkap oleh antena, apalagi jika di daerah tersebut letaknya jauh dari stasiun transmisi maka akan semakin langka pula warga yang mau untuk membeli televisi, faktor keberadaan listrik juga mempunyai pengaruh yang besar, namun untuk yang satu ini tidak terlalu menjadi masalah karena masih ada alat yang bisa menghasilkan listrik, accu atau diesel misalnya.



Masih Manual dan Belum Banyak Pilihan


Jika pada masa sekarang sudah banyak jenis, ukuran dan merk televisi, maka pada jaman televisi masih menjadi barang mewah tidak banyak pilihan yang tersedia. Merk yang beredar di pasaran cuma itu-itu saja, begitu pula dengan ukuran dan bentuknya. Yang paling mewah waktu itu adalah televisi yang modelnya seperti lemari pakaian, seperti ada pintu yang bisa dibuka tutup, bahkan ada pula yang memiliki gembok, pelindung televise juga tidak main-main, tidak hanya berupa triplek biasa, bahkan kadang kayu jati pun digunakan dan itu harganya lebih mahal. Untuk mengoperasikannya juga masih sederhana dan manual, belum ada remote control yang bisa memudahkan kita untuk mengganti chanel atau mengatur tampilan, yang ada adalah tombol-tombol yang dipencet atau diputar seperti yang ada pada radio, dan akibatnya tentu saja tidak semua orang bisa mengoperasikannya, jika difikir-fikir mungkin banyak benarnya juga televisi pada jaman itu berbentuk seperti itu, anak-anak menjadi tidak mudah untuk mengutak atiknya, bisa dimaklumi karena televisi masih menjadi barang mewah dan mahal, maka harus dijaga dengan sebaik-baiknya 



Antena yang Menjulang


Salah satu ciri khas dari sebuah rumah yang memiliki televisi adalah adanya antena yang terlihat dengan jelas sekali, apalagi di daerah yang letaknya cukup jauh dari stasiun transmisi maka antenanya bisa terlihat dengan jelas, mengapa itu terjadi ? karena pada waktu itu antena televisi harus dipasang dengan menggunakan galah yang biasanya terbuat dari bambu, makin tinggi galahnya maka makin bagus pula kualitas siaran yang bisa didapatkan. Untuk wilayah yang lokasinya dekat dengan stasiun transmisi mungkin galah yang digunakan sewajarnya saja. Karena Antena dipasang menggunakan bantuan galah yang tinggi maka hal ini tentu saja mempunyai resiko tertiup angin yang besar, antena bisa terjatuh, bergeser bahkan rubuh, tidak jarang keasikan menton televisi sedikit terganggu karena antenanya bergeser dan berubah arah sehingga kualitas signal pun terpengaruh, jika itu terjadi maka harus ada sukarelawan yang bersedia untuk memutar kembali arah antenanya supaya kembali normal. Untuk diketahui bahwa antena televisi itu satu paket dengan televisi yang kita beli, namun terkadang itu saja tidak cukup, untuk bisa menguatkan signal masyarakat bisa menambahkan barang lain supaya daya tangkap signal menjadi kuat, barang yang digunakan biasanya barang yang berbahan aluminium, misalnya wajan, panci dan sebagainya, kreatif bukan




Kartu Iuran Televisi


Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari televisi pada saat masih menjadi barang mewah dan langka adalah adanya iuran yang wajib dibayarkan setiap bulannya, dan sebagai bukti pembayaran maka setiap warga yang memiliki televisi akan diberikan kartu iuran televisi. Pada setiap bulan akan ada petugas yang datang ke rumah-rumah yang memiliki televisi untuk menarik iuran, jika sudah membayar maka pada buku iuran televisi itu akan ditempelkan semacam materai pada kolom yang tersedia, bisa dibayar perbulan atau beberapa bulan, bahkan satu tahun pun bisa. Buku itu harus disimpan dengan baik karena merupakan bukti pembayaran yang syah dan ketika ada yang datang menagih lagi maka kita bisa menunjukkan buku tersebut. Salah satu faktor penyebab mengapa ada iuran wajib setiap bulannya mungkin karena televisi masih menjadi barang mewah sehingga dikenakan biaya serta untuk membantu biaya operasional dari televisi tersebut, maklum saja iklan yang ada belum sebanyak pada masa sekarang. Karena warga masih jarang yang memiliki televisi maka petugas cukup melihat ke atas saja untuk bisa mengetahui di rumah tersebut ada televise atau tidak, jika ada antena yang menjulang maka sudah bisa dipastikan bahwa ada televisi di rumah tersebut, jadi jaman itu sukar buat mengelak




Konsep Nonton Bareng dimulai disini


Ane berani mengatakan bahwa konsep nonton bareng yang ada di kafe-kafe atau tempat tertentu pada masa sekarang terinspirasi dari masa lalu saat televisi masih menjadi barang mewah yang tidak semua orang bisa memilikinya, karena keterbatasan itu maka setiap rumah yang mempunyai televisi akan selalu ramai oleh para tetangga dan warga sekitar yang ingin ikut menonton, tidak peduli acaranya apa maka pada jam-jam tertentu rumah pemilik televisi akan dipenuhi oleh warga yang akan menonton, waktunya biasanya selepas isya saat orang-orang sudah selesai mengaji dan makan atau pada hari libur, tidak ada batasan usia, mulai dari yang tua, muda mapun anak-anak akan duduk bareng di depan televisi, bahkan para ibu juga akan membawa anaknya yang masih kecil. Mereka yang menjadi tuan rumah pun sudah sangat faham dengan itu, dan untungnya kebanyakan mereka yang memiliki televisi di jaman itu dengan suka rela menerima tetangga yang datang untuk ikut menyaksikan siaran televisi. Berbeda dengan masa sekarang dimana acara nonton barengnya cuma pada saat ada acara-acara tertentu saja, kalo jaman dulu yang menjadi favorit biasanya acara olah raga tinju atau bulu tangkis, Apakah bisa dikatakan waktu itu semua acara ada nonton barengnya ? tidak juga, jika ada acara laporan khusus maka kegiatan ini biasanya akan sepi peminatnya 



Sarana Mempererat Tali Silaturrahmi


Kelangkaan Televisi pada waktu itu secara tidak langsung merupakan berkah karena bisa menjadi alat untuk mempererat tali silaturrahmi antar warga, karena keterbatasan itu maka orang akan saling berkumpul tanpa dikomando untuk duduk bersama menyaksikan tayangan yang ada, dan itu tentu saja akan semakin mempererat tali persaudaraan dan hubungan sosial antar warga, para orang tua biasanya akan menyelingi kegiatan menontonnya dengan pembicaraan seputar pekerjaan, ibu-ibu juga bisa berkumpul untuk sekedar bercengkrama dan anak-anak pun akan saling menceritakan kembali apa yang sudah ditonton kepada teman yang lain meski temannya itu juga menonton. Hampir Setiap malam kegiatan seperti itu akan dilakukan oleh warga, pemilik rumah biasanya akan meletakkan televise di depan rumah sehingga memudahkan warga yang ingin menonton, yang datang lebih awal pastinya akan mendapatkan tempat yang bagus, yang datang belakangan bisa saja hanya akan mendengarkan suara karena banyaknya orang yang sudah berada di depan televise, namun itu pun sudah sangat menyenangkan seklai. Sangat berbeda jauh dengan masa sekarang dimana setiap rumah, bahkan setiap ruangan ada televisinya, dan kemajuan teknologi juga memudahkan orang untuk mengakses televisi kapan pun dan dimana saja. Tentu akan menjadi sebuah keanehan jika pada jaman sekarang orang akan berbondong-bondong untuk datang ke rumah orang yang punya televisi untuk menonton.


Penutup
  Apa yang ane tulis merupakan apa yang ane rasakan sendiri karena ane termasuk orang yang tumbuh dan besar pada masa dimana televisi masih menjadi barang mewah, bahkan di rumah ane sendiri televisi ada waktu ane sudah kelas 4 SD, dan sebelum itu ane biasanya akan ikut rombongan warga untuk menonton di rumah tetangga sebelah. Sebuah pengalaman yang menarik dan akan selalu ane kenang. Ane menuliskan ini semua karena ingin berbagi kisah dan mengajak kaskuser yang mengalaminya juga untuk sekedar bernostalgia serta menceritakan kepada kaskuser yang tidak mengalaminya bahwa seperti ini lah keadaan pada masa itu. Ane mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.

Ada masa dimana sesuatu bisa menjadi pemersatu,
namun ada pula masa dimana sesuatu itu justru menjadi jurang pemisah.


Sekian dan Terima Kasih



Sumber : kaskus / colot_nay

Belum ada Komentar untuk "Kenangan Saat Televisi Masih Menjadi Barang Langka dan Mewah "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel