Kisah Hidup Ganjar Pranowo ( Gubernur Jawa Tengah )


Kisah ini ditulis oleh @PartaiSocmed di akun twitternya. PartaiSocmed merupakan akun anonim dengan berita terpercaya dan terkenal akan keakuratannya. Singkat cerita di Twitter, beliau membagikan kisah hidup seorang Gubernur Jawa Tengah dengan judul "MASA KECIL GANJAR PRANOWO". Tulisan ini sempat menggugah hati saya sebagai penulis. Mungkin karena kisah sewaktu kecil hampir sama dengan beliau, tidak tahu kenapa saya juga merasakan apa yang dirasakan oleh Pak Gubernur ini. Bukan saya mau mempromosikan beliau untuk lanjut ke Gubernur Jawa Tengah periode kedua. Tapi cerita dan tulisan yang dibagikan oleh @PartaiSocmed membuat saya harus menulis kembali di sini. Berikut adalah kisah hidupnya :

Benar di foto tersebut @ganjarpranowo kecil adalah yg pakai celana panjang, kedua dari kanan. Senyum khas Ganjar Pranowo yg kita kenal saat ini rupanya bawaan bayi. Mungkin banyak yg belum tahu bahwa Pak @ganjarpranowo itu nama lahirnya bukan Ganjar Pranowo melainkan Ganjar Sungkowo. Nama Ganjar Sungkowo diberikan oleh orang tua beliau karena pada saat lahir keluarganya sedang dirundung kesusahan. Ganjar Sungkowo lahir di Tawangmangu, yg saat itu masih merupakan desa terpencil di lereng Gunung Lawu.

Ayah Ganjar Sungkowo bernama Parmudji, seorang polisi berpangkat Sersan bergaji pas-pasan. Sedangkan ibunya bernama Sri Suparni, seorang ibu rumah tangga biasa yg terkadang jadi tukang jahit dadakan demi membantu ekonomi keluarga. Oleh Bapaknya Ganjar Sungkowo dididik dgn disiplin ala militer dan oleh Ibunya dididik dgn kasih sayang. Kombinasi keduanya kelak menghasilkan karakter seorang Ganjar dewasa. Karena khawatir hidup anaknya akan selalu dirundung kesialan dan sungkawa, maka menjelang usia masuk sekolah nama Ganjar Sungkowo kecil diganti menjadi Ganjar Pranowo, seperti yg kita kenal saat ini. Ganjar Pranowo adalah anak kelima dari enam bersaudara. Kehidupan ekonomi keluarganya bisa dibilang jauh dari mampu.

Namun meskipun ekonomi pas-pasan keluarga Ganjar Pranowo adalah keluarga yg kompak dan mementingkan pendidikan bagi anak2nya. Selain tugas belajar setiap anak punya tugas rumah yg menjadi tanggung jawab masing2. Tugas Ganjar Pranowo kecil adalah 'mbraso' kopel Bapaknya sebelum berangkat kerja dgn cairan pembersih hingga mengkilap. Selain itu dia juga bertugas menjemur minyak goreng agar meleleh terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memasak sarapan. Tawangmangu saat itu adalah daerah yg sangat dingin sehingga minyak goreng jadi mengeras dan harus dijemur dulu agar mencair dan bisa digunakan untuk menggoreng. Sekolah Ganjar Pranowo adalah di SD Tawangmangu 2. Disini dia memiliki sahabat2 masa kecil yaitu Dowig, Joko, Kamso dan Ngadimin. Di foto ini Dowig adalah yg paling kanan dan kelak dia menjadi saudara ipar Ganjar karena kakaknya menikah dengan kakak Ganjar. 

Namanya juga anak desa, sehari2 Ganjar dan teman2nya terbiasa bersekolah tanpa sepatu. Untuk urusan seragam pun cukup menggunakan lungsuran dari kakak2nya. Saat itu bisa sekolah saja sudah merupakan anugerah yg tidak ternilai harganya. Dengan kondisi ekonomi seperti itu tentu Ganjar kecil tidak bisa mengharap uang saku dari orang tuanya. Namun nampaknya sejak kecil Ganjar ini pintar mengambil hati orang. Tak jarang orang tua teman2nya sering menitipkan uang saku untuk Ganjar lewat anak2 mereka. Masa SD Ganjar Pranowo dihabiskan dengan bermain di alam bersama teman2nya. Sama seperti anak2 pada eranya, ketika main keluar rumah pun biasanya lupa waktu dan pulang menjelang malam, lalu ditegur orang tua ketika sampai di rumah masing2.

Diluar masa kecilnya yg normal sebagai anak gunung, rupanya ada pengalaman pahit yg sangat membekas yg kelak mempengaruhi gaya kepemimpinannya sebagai Gubernur Jateng. Suatu hari Ganjar Pranowo mendengar pembicaraan seseorang dengan Bapaknya. Awal pembicaraan yg santun berubah jadi keras dan seperti orang bertengkar. Inti pembicaraan tersebut adalah memberi ultimatum kepada orang tua Ganjar Pranowo agar secepatnya pergi dari rumah yg ditempatinya selama ini. Ganjar Pranowo kecil dan saudara2nya hanya bisa mendengarkan pertengkaran orang dewasa tersebut dari dalam kamar dengan jantung yg deg-degan dan perasaan yg tidak menentu. Ibu dan beberapa saudara Ganjar yg lain hanya bisa meneteskan air mata.

Setelah tamu tersebut pulang, Ayah Ganjar Pranowo berjalan ke arah kamar tempat anak2 dan isterinya berkumpul. 
"Iki ngene, mulai besok kita harus kerja bakti untuk pindah rumah." Bisa dibayangkan betapa sedih dan terpukulnya Ganjar kecil dan saudara2nya karena diusir dari rumah yg ditempatinya sejak lahir, dengan waktu yg sangat mendadak pula. Bagaimana dengan sekolah? Bagaimana dengan teman2 bermain selama ini? Betapapun juga keluarga Ganjar Pranowo harus keluar dari rumah itu secepatnya. Alhasil sang Ayah hari itu juga harus mencari kontrakan agar besoknya bisa pindahan. Dan ketika malam tiba, ketika semua anggota berkumpul untuk santap malam seperti biasanya suasana masih diliputi ketegangan. Apalagi Bapak belum datang dari usaha mencari rumah kontrakan.

Dan ketika malam makin larut akhirnya Bapak pulang dengan wajah yg terlihat sangat letih. Anak2 yg tak sanggup tidur pun ramai2 menyambut sambil penasaran apakah Bapak sudah berhasil mendapat rumah kontrakan. Akhirnya sang Bapak menyampaikan bahwa dia telah memperoleh rumah kontrakan yg dapat mereka tempati esok hari. Rumah tersebut berada di daerah Dompon, Karanganyar. Dan esok harinya di pagi2 buta keluarga Ganjar Pranowo sudah siap untuk pindahan, setelah sehari sebelumnya kerja bakti membereskan barang2 mereka secara kilat. Dan di pagi itu pula keluarga Ganjar Pranowo pamitan pada Mbokde Marto, tetangga sebelah rumah yg sudah seperti keluarga sendiri dan ikut mendidik Ganjar kecil dan saudara2nya.

Sahabat2 Ganjar ikut melepas kepergiannya, mereka adalah Dowig, Joko, Ngadimin serta Kamso. Meskipun masih bersekolah di sekolah yg sama namun  perpisahan dengan teman2 sepermainan tetaplah pukulan berat bagi Ganjar kecil. Singkat cerita keluarga Ganjar akhirnya tiba di rumah kontrakan baru mereka. Rupanya rumahnya sangat sederhana, dindingnya hanya triplek dan beralaskan tanah. Letaknya pun bersebelahan dgn gudang gamping. Meskipun lingkungannya tidak sehat bagi pertumbuhan anak namun keluarga Ganjar harus rela tinggal di rumah kontrakan tersebut karena Bapaknya tidak cukup uang untuk mengontrak rumah yg lebih bagus. Jika sekarang kita mengenal @ganjarpranowo dengan rambut putih yg jadi ciri khasnya, maka ketika kecil pun dia sudah terbiasa berambut putih karena sering bermain di tumpukan gamping. Bedanya dulu lubang hidungnya pun ikut putih.

Selama tinggal di Dompon ini Ganjar dan saudara2nya harus berangkat ke sekolahnya di Tawangmangu naik bus Langsung Jaya. Dari kondektur bus bernama Pak Paino, Ganjar kecil banyak mendengar cerita inspiratif tentang Soekarno. Tak terlalu lama keluarga Ganjar Pranowo tinggal di Dompon, sebab di suatu malam di bawah sinar lampu petromax Bapak dan Ibu memanggil anak2nya. "Begini, kita semua akan pindah rumah lagi" kata Bapak Ganjar. Dan kali ini Ganjar dan saudara2 yg lain terpaksa harus pindah sekolah karena Bapaknya dipindahkan ke Kutoarjo. Seketika bayangan Kamso, Ngadimin, Joko dan Dowig berkelebat di depan mata Ganjar Pranowo.

Kutoarjo adalah kota kecil di sebelah barat Yogyakarta. Di kota inilah Ayah Ganjar Pranowo dilahirkan. Meskipun begitu kota tersebut tetaplah asing bagi Ganjar dan saudara2nya. Meskipun sangat sedih karena harus berpisah dengan sahabat2nya, namun Ganjar kecil mendapat berita gembira karena ternyata di Kutoarjo Ayahnya sudah membeli rumah, meskipun sederhana dan masih perlu diperbaiki. Dan akhirnya saat itu pun tiba. Ganjar Pranowo harus berpamitan pada Bapak dan Ibu gurunya di SD Tawangmangu dan kepada para sahabatnya Dowig, Joko, Ngadimin dan Kamso. Setelah ini mereka tidak akan pernah main bersama lagi di sekolah.

Kelak setelah Ganjar Pranowo menjadi orang nomor satu di Jateng dia bertemu dgn salah satu sahabatnya Kamso dan membantu menyekolahkan anaknya yg putus sekolah. Dan rumah tempat mereka terusir dulu kini telah dibeli lagi oleh kakaknya Ganjar Pranowo. Singkat cerita Ganjar Pranowo kembali pindah rumah, kali ini ke Kutoarjo. Rumah baru keluarga Ganjar ini kondisinya juga tidak bagus serta terletak di dalam gang. Namun setidaknya rumah tersebut adalah milik mereka dan karenanya tidak akan terusir lagi dari rumah mereka.

Pengalaman keluarga terusir dari rumah sangat membekas bagi seorang Ganjar Pranowo. Bahkan hingga dewasa hingga jadi orang nomor satu di Jateng. Pengalaman pahit itu pula yg hingga saat ini menjadi pendorong bagi Ganjar Pranowo untuk senantiasa melayani warganya, terutama yg sedang mengalami kesulitan. Banyak sudah laporan tentang warga yg mengalami kesulitan hidup yg langsung mendapatkan respon dari Gubernur @ganjarpranowo dan langsung dicarikan solusinya saat itu juga. Pengalaman pahit masa kecil membuat @ganjarpranowo kelak menjadi seorang pemimpin yg memiliki empati besar terhadap warganya.

Sekian kultwit kami kali ini. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan kita semua. Terimakasih.

Dari cerita di atas saya menyimpulkan sampai saat ini Bapak Ganjar Pranowo masih punya hati nurani yang tidak mungkin membiarkan rakyatnya dalam kesusahan. Karena dia tidak mau orang lain ( rakyat ) merasakan apa yang dulu pernah dia rasakan.

Belum ada Komentar untuk "Kisah Hidup Ganjar Pranowo ( Gubernur Jawa Tengah )"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel