Tahukah Anda Tarif Listrik Industri Lebih Murah dari Listrik Rumah by @PartaiSocmed


Kultwit ini kami buat karena terinspirasi kebodohan akun bernama @dulatips yg menuduh Jokowi menaikkan tarif listrik industri. Ini tweetnya. Semoga setelah pencerahan ini dia tidak hapus tweetnya sendiri karena malu.


Dan setelah baca tweet ini pasti banyak yg berbondong2 pindah ke listrik industri karena memang lebih murah dari listrik rumah tangga. Sebenarnya wacana tarif listrik industri lebih murah drpd listrik rumah tangga sudah ada sejak era SBY. Sumber berita :

Di negara lain, listrik industri lebih murah dari rumah tangga
Guru Besar Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI), Rinaldy Dalimi angkat bicara mengenai keputusan pemerintah yang akan menaikkan tarif listrik industri mulai Mei 2014 mendatang. Menurut Rinaldy, keputusan pemerintah tersebut sudah sangat tepat jika melihat kondisi kelistrikan Indonesia yang masih jauh dari cukup.
"Industri di subsidi saya rasa tidak tepat. Rasio elektrifikasi kita masih rendah dan belum mencapai 100 persen," ucap Rinaldy ketika dihubungi merdeka di Jakarta, Minggu (23/3).
Namun demikian, Rinaldy menyebut di negara maju seperti Jepang dan Amerika tarif listrik industri mereka memang jauh lebih murah dari listrik keluarga. Hal ini bisa terjadi karena rasio elektrifikasi mereka sudah mencapai 100 persen.
"Amerika dan Jepang harga listrik industri mereka lebih rendah daripada harga listrik rumah tangga. Ini bukan berarti lebih rendah dari Indonesia. Karena memang mereka ingin industri bisa lebih kompetitif. tetapi itu masalahnya beda dengan Indonesia," tambahnya.
Selain itu, harga listrik di negara maju tersebut juga sudah tidak disubsidi lagi. Listrik tidak hanya menjadi kebutuhan tetapi sudah menjadi ajang bisnis. Semakin banyak membeli listrik maka akan mendapat harga lebih murah.
"Harga listrik disana sudah harga ke ekonomian lebih tinggi dari kita. Tetapi harga rumah tangga lebih tinggi lagi. Jadi listrik itu sudah jadi bisnis yang menguntungkan. Listrik industri lebih murah dari rumah tangga karena rumah tangga tidak produktif, rumah tangga hanya konsumsi dan menikmati saja. Industri meningkatkan perekonomian dan mereka membeli kapasitas besar. Dia memberikan tarif listrik lebih murah," tambahnya.
Kondisi ini menurut Rinaldy belum bisa diterapkan di Indonesia. Komoditi listrik Indonesia belum bisa dijadikan ajang bisnis karena kebutuhan listrik saja belum terpenuhi. Rinaldy menyebut, Indonesia masih butuh waktu lama agar listrik ini bisa jadi ajang bisnis dan lebih kompetitif.
"Kita saja masih ada yang belum dapat listrik. Kita masih panjang kita tidak bisa membandingkan Amerika dan Jepang. Tapi dulu mereka juga sama seperti kita. Listrik industri lebih mahal dari listrik keluarga. Kita tidak berkecil hati karena mereka duluan saja menemukan sistem yang tepat."
Untuk mengejar ini semua, Guru Besar UI ini memberikan pesan sederhana yaitu agar pemerintah bertanggung jawab dan bekerja dengan benar dan jujur. "Itu dulu, kalau itu tidak ada bagaimanapun konsepnya duit itu di gerototi," tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian, MS Hidayat menyebut rencana kenaikan tarif listrik industri ini mayoritas disetujui oleh industri. Namun demikian industri meminta masa angsuran diperpanjang.
"Ratusan industri meminta diperpanjang masa angsurannya supaya beban bulanan bisa ditanggung cash flow mereka. Kalau dipadatkan Mei sampai Desember itu 36-48 persen tekanannya. Akibatnya iklim kompetitif terganggu," ucap Hidayat ketika ditemui di kantornya, Rabu (19/3).
Tidak itu saja, pengusaha meminta implementasinya diundur. Dari pengakuan kepada Hidayat, jika kenaikan tarif listrik tetap dilakukan sesuai waktu yang ditentukan, maka ratusan industri bersiap memecat karyawan mereka sebagai bentuk efisiensi biaya.
"Mereka bilang kondisi ini bisa mengecilkan karyawannya, ini agar mereka bisa bertahan. Ini ada sekian ratus perusahaan besar," tegasnya.

Kenapa listrik industri sebaiknya lebih murah dibanding listrik rumah tangga. Sebab untuk kepentingan produktif dan menyerap tenaga kerja. Wacana di era SBY tersebut kemudian mulai dipikirkan secara benar2 serius untuk diterapkan di era pemerintahan Jokowi. Ini beritanya :

Tarif Listrik Industri Bakal Lebih Murah dari Rumah Tangga
JAKARTA – Pemerintah sedang mengkaji rencana pemberlakuan tarif listrik yang lebih rendah untuk sektor industri dibanding tarif listrik rumah tangga. Kebijakan ini bertujuan memacu kinerja industri manufaktur nasional yang banyak menyerap tenaga kerja dan memberikan nilai tambah tinggi terhadap perekonomian nasional.
“Arahnya ke sana. Nanti tarif industri lebih rendah agar tidak membebani ongkos produksi,” tutur Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko di Jakarta, Kamis (13/8).
Meski demikian, menurut Sujatmiko, Kementerian ESDM belum bisa memastikan kapan formula baru tarif listrik itu bakal diterapkan. Dia menambahkan, tarif listrik industri saat ini termasuk dalam golongan nonsubsidi. “Bila tiga faktor penentu tarif listrik turun, tarif nonsubsidi juga bisa turun,” tandas dia.
Penetapan tarif dasar listrik (TDL) mengacu pada tiga indikator, yakni nilai tukar rupiah, harga rata-rata minyak mentah nasional (Indonesia crude price/ICP), dan data inflasi yang masing-masing dikeluarkan Bank Indonesia (BI), Ditjen Migas, dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Secara terpisah, Kepala Divisi Niaga PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Benny Marbun mengakui, pemerintah berencana mengubah besaran TDL produktif untuk industri dan konsumtif untuk rumah tangga. Nantinya, TDL produktif ditekan dan TDL rumah tangga dinaikkan. Namun, Benny belum dapat memastikan kapan rencana itu dieksekusi.
Dia menjelaskan, di luar rencana tersebut, jika rupiah menguat ke level Rp 9.000 per dolar AS dan ICP sekitar US$ 50 per barel, TDL bisa lebih murah.
Benny mengungkapkan, tarif listrik industri dan pertanian di sejumlah negara lebih murah dibanding pelanggan rumah tangga. Namun, hal ini tidak terjadi di Indonesia. “Alasan utamanya, pemerintah tidak ingin membebani masyarakat kecil yang daya belinya rendah,” tutur dia. (ID/gor)
Dan kebijakan tarif listrik industri lebih murah drpd rumah tangga tersebut akhirnya benar2 berhasil diterapkan di era pemerintahan Jokowi. Dan sekarang ini sudah terjadi tarif listrik industri bisa lebih murah drpd tarif listrik rumah tangga.


Akibat tarif listrik bisnis yg lebih murah dibanding tarif listrik RT itu maka banyak masyarakat migrasi ke listrik bisnis.

Ini beritanya :

Tarif Lebih Murah, Pelanggan Listrik Bisnis Melejit
Pemerintah telah memangkas sebagian besar subsidi listrik untuk pelanggan golongan rumah tannga (R1) 90VA. Karena itu, pemerintah berencana melanjutkan pemangkasan subsidi listrik bagi sebagian pelanggan golongan 450 VA.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy Noorsaman Sommeng menyatakan, pengurangan subsidi listrik golongan 450 VA dikhususkan pelanggan yang tidak termasuk rumah tangga miskin.
Sampai saat ini, lanjut Andy, belum ada pembicaraan tentang rencana pencabutan subsidi listrik dalam rancangan APBN 2018. Subsidi bagi pelanggan 450 VA tetap disalurkan agar rasio elektrifikasi tetap meningkat.
”Dana subsidi yang dicabut dialihkan untuk program pembangunan infrastruktur kelistrikan di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar,” jelas Andy.
Tarif dasar listrik kategori pelanggan 450 VA saat ini Rp 415 per kWh. Sementara itu, tarif untuk pelanggan golongan 900 VA bersubsidi telah dinaikkan dari Rp 605 per kWh menjadi Rp 1.352 per kWh.
Pelanggan 900 VA yang tidak termasuk kategori rumah tangga miskin menggunakan tarif nonsubsidi. Tarif listrik untuk golongan bisnis (B1) kini lebih murah jika dibandingkan dengan pelanggan golongan rumah tangga. Golongan B1 900 VA Rp 630 per kWh dan B1 1.300 VA Rp 966 per kWh.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir memproyeksikan pertumbuhan penjualan listrik meningkat 8,3 persen hingga 2026. Pelanggan kelompok bisnis akan menjadi penyumbang utama dengan proyeksi pertumbuhan 9,5 persen.
Pertumbuhan penjualan untuk kelompok pelanggan yang lain seperti kelompok industri mencapai 9,2 persen, rumah tangga 7,1 persen, dan publik 7,5 persen. ’’Penjualan listrik tertinggi di Jawa-Bali dengan rata-rata pertumbuhan 7,2 persen,’’ katanya. (dee/c18/noe)
Dan pemerintah pun membolehkan masyarakat pindah dari listrik rumah tangga ke listrik industri yg lebih murah jika benar2 utk hal produltif.

Begini nih, caranya jika kalian ingin migrasi ke tarif listrik yg lebih murah --> http://listrik.org/pln/cara-migrasi-tarif-listrik-b1/.

Nah, pilihan ada pd kita. Mau memanfaatkan informasi dgn baik dan ambil kesempatan pindah ke listrik yg lebih murah atau mau ngomel2 saja? Kalau kita cukup puas jadi pecundang yg menggerutu seumur hidup maka silakan tiru cara @dulatips ini. Tapi jika ingin memanfaatkan informasi ini untuk kebaikan maka migrasilah ke tarif industri yg lebih murah. Terutama utk tempat kerja kita. Sebab menjadi pemenang atau pecundang kadang ditentukan dari cara kita memanfaatkan informasi. Yg pasti tarif listrik industri tidak naik saat ini, bahkan lebih murah drpd tarif listrik rumah tangga. Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan dan bermanfaat. Terimakasih.

by @PartaiSocmed

Belum ada Komentar untuk "Tahukah Anda Tarif Listrik Industri Lebih Murah dari Listrik Rumah by @PartaiSocmed"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel