Alasan Mustahil Hidup di Planet Mars
Mars menjadi nama planet prioritas utama dari beberapa planet yang tengah diteliti oleh NASA. Apalagi, baru-baru ini Badan Antariksa Amerika itu menemukan kandungan air yang terdapat di dalam permukaan Planet Merah tersebut. Kontan, spekulasi bahwa Mars layak ditinggali manusia pun mencuat.
Benar atau salah, pasti atau tidaknya, semua masih menjadi tanda tanya besar. Yang pasti, NASA memang masih mencari titik terang apakah planet yang memiliki bulan Phobos dan Deimos ini akan bisa dihuni umat manusia di masa mendatang.
Meski begitu, beberapa kalangan peneliti optimistis bahwa manusia bisa tinggal di Mars pada nantinya. Berbagai langkah bahkan dipersiapkan NASA agar nantinya proses kolonialisasi manusia di Mars dapat berjalan lancar. Namun, dengan segala macam sokongan teknologi yang diusahakan, apakah memang nantinya Mars bisa menjadi tempat yang layak ditinggali manusia untuk menggantikan Bumi?
Meski memang masih belum jelas, sebagian peneliti mengungkap bahwa kemungkinan manusia untuk tinggal di Mars masih sangat minim. Menurut informasi yang dilaporkan Time, Selasa (20/10/2015), ada beberapa alasan yang menyebabkan Mars sangat mustahil untuk dihuni. Kebanyakan alasan tersebut berasal dari keadaan, iklim dan ekosistem Planet Merah itu sendiri. Berikut penjelasannya.
1. Radiasi
Mars dijelaskan peneliti NASA memiliki tingkatan radiasi yang tinggi, terdapat dua kandungan radiasi berbahaya di Mars, di antaranya ada Solar Energetic Particles (SEPs) dan Galactic Cosmic Rays (GCRs). Keduanya bisa membombardir manusia jika tidak disokong alat antiradiasi yang memadai ketika berada di Mars. Lebih lanjut diungkap, jika manusia menghuni Mars dengan menghabiskan waktu sekitar 180 hari, maka mereka akan mengalami peningkatan radiasi sebanyak 15 kali.
2. Temperatur
Temperatur menjadi salah satu kendala besar manusia untuk bisa hinggap di Mars. Sebagai informasi, temperatur rata-rata di Bumi adalah sekitar 57 derajat Fahrenheit (14 derajat Celsius). Namun, temperatur rata-rata di Mars berada di suhu sekitar -81 derajat Fahrenheit (-63 derajat Celsius) yang mana menjadi suhu yang sangat tidak mungkin membuat manusia bisa bertahan tanpa adanya bantuan alat canggih. Jika manusia bertahan di dalam suhu Mars dengan bantuan alat yang begitu minim selama 68 hari, maka mereka dipastikan akan mati.
3. Atmosfer
Selain keadaan radiasi dan temperatur, atmosfer juga menjadi hal yang diperhatikan para peneliti. Sebagai perbandingan lapisan atmosfer Bumi 100 kali lebih padat daripada lapisan atmosfer Mars. Lapisan atmosfer Bumi terbuat dari 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen dan 1 persen kumpulan gas. Sementara itu, lapisan atmosfer Mars memiliki kandungan karbondioksida sebanyak 96 persen yang mana sangat beracun bagi manusia. Sisa lapisan atmosfer memiliki kandungan kumpulan gas argon, nitrogen, dan gas berbahaya lainnya.
4. Gravitasi
Meski manusia bisa mengakali persoalan gravitasi, namun ini masih menjadi pertimbangan para peneliti. Tingkat gravitasi di Mars hanya sebesar 38 persen sehingga masih bisa memungkinkan bagi para manusia untuk dapat berjalan di Mars. Yang menjadi pertimbangan adalah manusia nantinya ditakutkan tidak dapat berjalan dan bergerak dengan leluasa karena terbatas oleh tingkatan gravitasi Planet Merah. Sementara di Bumi, tubuh manusia bisa menerima kondisi gravitasi `One-G` yang mana mampu menggerakan skeletal, muscular, cardiovascular-nya dengan baik.
5. Space Germs (Bakteri Planet)
Para peneliti menduga terdapat space germs (bakteri planet) yang 'hidup' di udara Planet Mars. Meski belum diusut secara mendalam, ini menjadi salah satu persoalan penting. Mengingat kejadian para astronot Apollo yang harus dikarantina selama 21 hari karena ditakutkan mengidap space germs setelah kembali dari Bulan.
6. Infrastruktur
Meski Mars telah diungkap dapat memiliki kemungkinan untuk menumbuhkan tanaman, namun hal tersebut masih diragukan. Kelembapan suhu Mars nyatanya masih sulit dikontrol. Jika tanaman yang ditumbuhkan di Mars mendapatkan bantuan kandungan oksigen berlebih, maka risiko ledakan besar akan terjadi. Sayangnya, masih sedikit yang menganggap ini sebagai hal serius.
7. Kondisi Mental
Inilah yang menjadi 'beban' para astronot jika memang nanti mereka dikerahkan untuk terbang di Mars. Delapan bulan perjalanan ke Mars tentunya akan 'mengacak' kondisi mental mereka. Maka dari itu, mental para astronot harus dilatih agar tahan banting ketika berada di luar angkasa. Namun, bagaimana jika nantinya manusia harus bertahan menghadapi segala ketidakmungkinan yang ada di Mars? Pastinya sulit. Tak mudah mengetahui masing-masing orang bahwa mereka memiliki kondisi mental yang baik ketika hendak pergi ke luar angkasa.
Masih ada Harapan?
Meski demikian, NASA memperkirakan bahwa Mars yang kita ketahui saat ini sangat berbeda dengan Mars di masa lalu. “Misi NASA dan ESA di masa depan akan melakukan penggalian lebih dalam untuk mengetahui lebih lanjut peluang adanya kehidupan di bawah tanah,” .
Ekplorasi planet Mars memang belum selesai, masih banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan. Apalagi ada temuan-temuan lain seperti jalur sungai, kawah kembar, wilayah 'biru' dan berbagai praduga soal keberadaan Alien.
Entah, secara perlahan ilmu pengetahuan terus mencari tahu. Setidaknya, kita bisa menyadari betapa kecil manusia di jagad raya ini.
Teknologi yang Dikembangkan NASA untuk Bisa Pergi ke Mars
Keinginan NASA untuk bisa pergi ke Mars tahun 2030 ternyata telah makin serius diperhitungkan dan mulai dipersiapkan, meskipun tidak sedikit dari rencana-rencana tersebut masih berupa cetak biru.
Di dalam dokumen yang bertajuk 'NASA Journey to Mars', walau kebanyakan di antaranya masih berupa tujuan-tujuan abstrak, dapat diketahui beberapa rencana teknologi penting yang dibutuhkan dan dapat menunjang upaya manusia untuk bisa pergi ke Mars.
Dalam rangka lebih mengenal teknologi yang masuk ke dalam rencana NASA untuk mendorong misi manusia ke Mars tersebut, Tekno Liputan6.com sajikan teknologi yang sedang direncanakan dan dikembangkan NASA, seperti dikutip dari laman Popular Science, Kamis (15/10/2015).
1. Roket yang sangat besar
Untuk mampu membawa banyak kebutuhan selama perjalanan, diperlukan sebuah roket yang mendukung hal tersebut. Karena itu, Space Launch System NASA yang sedang dipersiapkan mampu menampung 70 metrik ton suplai.
Selain
itu, Space Launch System dapat digunakan untuk mengirim muatan hingga
130 metrik ton dalam lintasan menuju Mars. Dengan tinggi kira-kira 116
meter, nantinya Space Launch System NASA akan menjadi kendaraan terbesar
yang pernah diluncurkan. Bahkan, akan lebih kuat dibandingkan roket
Saturn V yang pernah membawa astronot ke bulan.
2. Sebuah Habitat Penyokong Kehidupan
Supaya kehidupan astronot di Mars dapat dimungkinkan, NASA menginginkan sebuah habitat luar angkasa yang dapat dihubungkan dengan kapsul Orion. Nantinya habitat itu dapat digunakan untuk mendukung kehidupan astronot di Mars, layaknya yang diperlihatkan di film The Martian baru-baru ini. Habitat tersebut akan dibuat tahan api dan dilengkapi dengan perlindungan radiasi. Selain itu, habitat ini rencananya juga akan ditambah ruang untuk astronot melakukan latihan dan pekerjaan mereka.
3. Propulsi Eksprimental
Space Launch system didukung oleh pembakaran hidrogen dan oksigen cair. Namun, itu hanya digunakan untuk membawa astronot keluar dari orbit bumi. Jika harus menggunakan sumber daya yang sama untuk perjalanan selama kurang lebih 7 bulan Mars, pesawat luar angkasa harus memiliki tangki gas besar dan itu berarti biaya yang lebih mahal.
Maka
dari itu, NASA berencana menggunakan sinar matahari untuk mengirimkan
kargo, persediaan, termasuk para astronot ke Mars. Dengan demikian, NASA
menggunakan metode Solar Electric Propulsion yang dapat menggerakkan
pesawat luar angkasa dengan menembakkan ion.
Meski Solar electric propulsion tidak langsung menyediakan kecepatan maksimal untuk roket, kecepatannya akan bertambah seiring waktu dengan kecepatan hingga sekitar 300 ribu kilometer per jam. Selain itu, teknologi ini juga lebih efisien dibandingkan bahan bakar roket. Teknologi ini sekarang sudah benar-benar nyata, namun NASA masih masih terus mengembangkan ukurannya untuk keperluan misi ke Mars.
Meski Solar electric propulsion tidak langsung menyediakan kecepatan maksimal untuk roket, kecepatannya akan bertambah seiring waktu dengan kecepatan hingga sekitar 300 ribu kilometer per jam. Selain itu, teknologi ini juga lebih efisien dibandingkan bahan bakar roket. Teknologi ini sekarang sudah benar-benar nyata, namun NASA masih masih terus mengembangkan ukurannya untuk keperluan misi ke Mars.
4. Baju Luar Angkasa yang Fleksibel
Dengan pertimbangan bahwa astronot yang dikirim ke Mars akan berada di sana dalam waktu setahun atau lebih, maka untuk mendukung kegiatan yang dilakukan, seperti menjelajah dan mengumpulkan data, diperlukan sebuah pakaian yang mendukung.
Karena
itu, nantinya baju luar angkasa yang baru dapat digunakan untuk melawan
radiasi, udara dingin, termasuk atmosfer tipis, namun tetap dapat
memungkinkan astronot melakukan pekerjaan mereka.
5. Komunikasi Menggunakan Sinar Laser
Lantaran kondisi jaringan internet di Mars terbatas, diperlukan suatu perubahan untuk memperbaikinya. NASA dikabarkan telah memiliki sebuah rover di Mars yang dapat digunakan untuk menerima atau mengirimkan data sampai 2 juta bits per detik.
Untuk itu, NASA sedang memperkuat pengiriman data dengan menggunakan laser. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan NASA pada 2013, penggunaan sistem komunikasi laser dapat mengunduh informasi hingga 622 juta bits per detik.
Sumber : kaskus / adoel.piero
Belum ada Komentar untuk "Alasan Mustahil Hidup di Planet Mars"
Posting Komentar