Festival Lembah Baliem Papua yang mendunia
Festival Lembah Baliem adalah festival budaya yang sudah diadakan lebih
dari 25 kali, Festival ini sejak dahulu kala sangat terkenal. dan turis
mancanegara yang berbondong bondong dari negaranya yang khusus datang
untuk acara ini saja, Festival Lembah Baliem bagi kita mungkin terdengar
asing. ya wajar sih, karena untuk kesini saja butuh perjuangan
diperjalanan yang cukup panjang dan mahal juga tentunya, tetapi walaupun
kita jarang mendengar festival lembah baliem Wamena tetapi turis asing
sangat ingin kesini dan sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu.
Festival Lembah Baliem Papua adalah destinasi impian fotografer, begitupun juga saya. Sejak 3 tahun lalu saya sudah lama memimpikan untuk mengunjungi Festival Lembah Baliem di Wamena Jayawijaya Papua. Akhirnya terwujud di tahun 2015 ini, kenapa sih orang begitu tertarik untuk kesini. Karena Wamena Lembah Baliem terletak di daerah terpencil dan sulit untuk datang kesini. Begitu pula dengan budayanya yang sudah terkenal akan susahnya kebiasaan suku Dani yang “maaf” mereka sangat komersial. Dan dikenal jika kita ingin mengambil foto harus membayar sejumlah uang ke mereka.
Pada saat Festival inilah kita bisa memotret dengan bebas Suku Dani yang tampil pada saat festival, apakah kabar rumor yang mengatakan memotret suku Dani pada saat hari biasa bayar? Jawabannya iya, jika hari biasa kita harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk bisa membayar para suku dani ini. Saya tidak tahu budaya ini muncul darimana, tetapi dari beberapa sumber yang saya dapatkan budaya ini muncul dikarenakan dahulu banyak turis asing dan orang orang kaya luar negeri yang datang ke Wamena. Mereka kasihan dengan keadaan masyarakat adat yang memang tertinggal baik ekonomi maupun pendidikannya. Sehingga mereka sehabis memotret dan membayar mereka dengan uang. Yang membuat kebiasaan ini menjadi semakin membudaya ketika orang datang dan memotret mereka meminta sejumlah uang.
erlepas dari kebiasaan yang menurut saya buruk tetapi di Lembah Baliem Wamena punya budaya yang mereka jaga sejak dahulu, dan mereka menampilkannya pada saat festival lembah baliem yang luar biasa dan telah menjadi daya tarik turis sejak dahulu ke Papua. Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali pada saat festival kita bisa melihat simulasi perang dan pertunjukan tarian yang mereka perlihatkan. Sebuah festival yang menjadi ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk dinikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan setiap bulan Agustus dan biasanya bertepatan dengan bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Tetapi pada tahun 2015 ini diadakan pada tanggal 6 sampai 8 agustus. Ternyata Festival lembah Baliem sudah diadakan ke 25 kalinya, Awalnya pertama kali digelar tahun 1989. Yang istimewa bahwa festival ini dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka. Adanya pemicu ini menyebabkan suku lainnya harus membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan. Atraksi ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema tetapi justru bermakna positif.
Suku-suku di suku Papua meski mengalami modernisasi tetapi masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah pakaian pria suku Dani yang hanya mengenakan penutup kemaluan atau disebut koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari, sedangkan para wanita suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.
Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa "perang suku Dani" lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh. Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
Puncak acara adalah pertempuran antara suku Dani, Yali, dan Lani saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda-tanda kebesaran terbaik mereka. Festival ini dimeriahkan dengan Pesta Babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua. Ada juga seni dan kerajinan buatan tangan yang dipamerkan atau untuk dijual.
Setiap suku memiliki identitasnya masing-masing dan orang dapat melihat perbedaan yang jelas di antara mereka sesuai dengan kostum dan koteka mereka. Pria suku Dani biasanya hanya memakai koteka kecil, sedangkan pria suku Lani mengenakan koteka lebih besar, karena tubuh mereka lebih besar daripada rata-rata pria suku Dani. Sedangkan pria suku Yali memakai koteka panjang dan ramping yang diikatkan oleh sabuk rotan dan diikat di pinggang.
Dengan menghadiri Festival Lembah Baliem maka Anda akan memiliki kesempatan langka untuk belajar dan bersentuhan langsung dengan beragam tradisi suku-suku setempat yang berbeda-beda tanpa harus mengunjunginya ke pedalaman Papua Barat yang jauh dan berat. Diperkirakan festival ini diikuti oleh lebih dari 40 suku lengkap dengan pakaian tradisional dan lukisan di wajah mereka.
Yang perlu Anda lakukan selama festival hanya mengamati dan menikmati perang saja sambil memotret. Semakin lama festival ini berlangsung maka suasana perang dengan tombak, parang, dan panah yang menghantam lawan akan semakin dekat dan seru. Semakin banyak tombak yang meleset maka semakin keras sorakan dari ratusan penonton. Suku-suku ini telah mengikuti festival perang setiap tahun sehingga acaranya semakin menarik tiap tahunnya.
Festival Lembah Baliem memang diadakan selama 3 hari, anda bisa menyaksikan Festival pada saat pembukaan dihari pertama. Karena yang memang meriah pada saat pembukaan, dihari lain anda bisa berjalan jalan sambil memotret keindahan alam lembah baliem yang memukau.
HOW TO GET THERE
Terus terang Lembah Baliem Wamena merupakan destinasi impian saya, sudah 3 tahun saya selalu gagal kesini dan akhirnya baru kesampaian sekarang. karena akses menuju sini sangatlah mahal. terbatasnya hotel dan kendaraan yang ada disini apalagi pada saat festival membuat Wamena penuh dan susah mencari akomodasi. jika anda ingin mengunjungi wamena pada saat festival, saya sangat menyarankan untuk ikut trip saja. jika anda mendadak datang kesini, saya bisa pastikan susah mendapat penginapan dan kendaraan (mobil aja kesini diangkut pesawat terbang).
saya berkesempatan ke Wamena Papua dengan teman baik saya Rizky dari PesonaIndo, Rizky inilah yang mengatur arrange dan semua akomodasi saya dan teman teman selama di Wamena sehingga saya bisa konsen memotret. karena disini lebih baik kita ikut trip bareng dengan tujuan menghemat budget. silahkan yang mau ke Wamena bisa kontak teman baik saya Rizky 0813-2922-8505 www.pesonaindo.com dan selamat menikmati keindahan budaya Indonesia Timur.
Sumber : kaskus / bheka
Festival Lembah Baliem Papua adalah destinasi impian fotografer, begitupun juga saya. Sejak 3 tahun lalu saya sudah lama memimpikan untuk mengunjungi Festival Lembah Baliem di Wamena Jayawijaya Papua. Akhirnya terwujud di tahun 2015 ini, kenapa sih orang begitu tertarik untuk kesini. Karena Wamena Lembah Baliem terletak di daerah terpencil dan sulit untuk datang kesini. Begitu pula dengan budayanya yang sudah terkenal akan susahnya kebiasaan suku Dani yang “maaf” mereka sangat komersial. Dan dikenal jika kita ingin mengambil foto harus membayar sejumlah uang ke mereka.
Pada saat Festival inilah kita bisa memotret dengan bebas Suku Dani yang tampil pada saat festival, apakah kabar rumor yang mengatakan memotret suku Dani pada saat hari biasa bayar? Jawabannya iya, jika hari biasa kita harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk bisa membayar para suku dani ini. Saya tidak tahu budaya ini muncul darimana, tetapi dari beberapa sumber yang saya dapatkan budaya ini muncul dikarenakan dahulu banyak turis asing dan orang orang kaya luar negeri yang datang ke Wamena. Mereka kasihan dengan keadaan masyarakat adat yang memang tertinggal baik ekonomi maupun pendidikannya. Sehingga mereka sehabis memotret dan membayar mereka dengan uang. Yang membuat kebiasaan ini menjadi semakin membudaya ketika orang datang dan memotret mereka meminta sejumlah uang.
erlepas dari kebiasaan yang menurut saya buruk tetapi di Lembah Baliem Wamena punya budaya yang mereka jaga sejak dahulu, dan mereka menampilkannya pada saat festival lembah baliem yang luar biasa dan telah menjadi daya tarik turis sejak dahulu ke Papua. Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali pada saat festival kita bisa melihat simulasi perang dan pertunjukan tarian yang mereka perlihatkan. Sebuah festival yang menjadi ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk dinikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan setiap bulan Agustus dan biasanya bertepatan dengan bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Tetapi pada tahun 2015 ini diadakan pada tanggal 6 sampai 8 agustus. Ternyata Festival lembah Baliem sudah diadakan ke 25 kalinya, Awalnya pertama kali digelar tahun 1989. Yang istimewa bahwa festival ini dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka. Adanya pemicu ini menyebabkan suku lainnya harus membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan. Atraksi ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema tetapi justru bermakna positif.
Suku-suku di suku Papua meski mengalami modernisasi tetapi masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah pakaian pria suku Dani yang hanya mengenakan penutup kemaluan atau disebut koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari, sedangkan para wanita suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.
Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa "perang suku Dani" lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh. Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
Puncak acara adalah pertempuran antara suku Dani, Yali, dan Lani saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda-tanda kebesaran terbaik mereka. Festival ini dimeriahkan dengan Pesta Babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua. Ada juga seni dan kerajinan buatan tangan yang dipamerkan atau untuk dijual.
Setiap suku memiliki identitasnya masing-masing dan orang dapat melihat perbedaan yang jelas di antara mereka sesuai dengan kostum dan koteka mereka. Pria suku Dani biasanya hanya memakai koteka kecil, sedangkan pria suku Lani mengenakan koteka lebih besar, karena tubuh mereka lebih besar daripada rata-rata pria suku Dani. Sedangkan pria suku Yali memakai koteka panjang dan ramping yang diikatkan oleh sabuk rotan dan diikat di pinggang.
Dengan menghadiri Festival Lembah Baliem maka Anda akan memiliki kesempatan langka untuk belajar dan bersentuhan langsung dengan beragam tradisi suku-suku setempat yang berbeda-beda tanpa harus mengunjunginya ke pedalaman Papua Barat yang jauh dan berat. Diperkirakan festival ini diikuti oleh lebih dari 40 suku lengkap dengan pakaian tradisional dan lukisan di wajah mereka.
Yang perlu Anda lakukan selama festival hanya mengamati dan menikmati perang saja sambil memotret. Semakin lama festival ini berlangsung maka suasana perang dengan tombak, parang, dan panah yang menghantam lawan akan semakin dekat dan seru. Semakin banyak tombak yang meleset maka semakin keras sorakan dari ratusan penonton. Suku-suku ini telah mengikuti festival perang setiap tahun sehingga acaranya semakin menarik tiap tahunnya.
Festival Lembah Baliem memang diadakan selama 3 hari, anda bisa menyaksikan Festival pada saat pembukaan dihari pertama. Karena yang memang meriah pada saat pembukaan, dihari lain anda bisa berjalan jalan sambil memotret keindahan alam lembah baliem yang memukau.
HOW TO GET THERE
Terus terang Lembah Baliem Wamena merupakan destinasi impian saya, sudah 3 tahun saya selalu gagal kesini dan akhirnya baru kesampaian sekarang. karena akses menuju sini sangatlah mahal. terbatasnya hotel dan kendaraan yang ada disini apalagi pada saat festival membuat Wamena penuh dan susah mencari akomodasi. jika anda ingin mengunjungi wamena pada saat festival, saya sangat menyarankan untuk ikut trip saja. jika anda mendadak datang kesini, saya bisa pastikan susah mendapat penginapan dan kendaraan (mobil aja kesini diangkut pesawat terbang).
saya berkesempatan ke Wamena Papua dengan teman baik saya Rizky dari PesonaIndo, Rizky inilah yang mengatur arrange dan semua akomodasi saya dan teman teman selama di Wamena sehingga saya bisa konsen memotret. karena disini lebih baik kita ikut trip bareng dengan tujuan menghemat budget. silahkan yang mau ke Wamena bisa kontak teman baik saya Rizky 0813-2922-8505 www.pesonaindo.com dan selamat menikmati keindahan budaya Indonesia Timur.
Sumber : kaskus / bheka
Belum ada Komentar untuk "Festival Lembah Baliem Papua yang mendunia"
Posting Komentar