10 Peraturan Tidak Tertulis Gamer!



Bagi seorang gamer, video game adalah sebuah prioritas. Video game tidak akan menghalangi gamer untuk berfungsi secara penuh sebagai manusia dan bagian dari masyarakat, namun video game tetap akan jadi kegiatan yang selalu difavoritkan setiap kali kita memiliki waktu luang untuk sedikit bersantai atau sedang tidak melakukan apapun. Tidak mengherankan pula jika dedikasi seperti ini menghasilkan basis fans yang kuat, kelompok penuh dedikasi yang berjuang mati-matian untuk memenuhi rasa penasaran mereka, apalagi setiap kali sebuah game baru yang populer keluar di pasaran. Gamer mulai tumbuh sebagai sebuah komunitas yang solid.

Maka seperti komunitas pada umumnya, gamer juga harus tahu tentang “kode etik” yang perlu dipatuhi untuk memastikan kenyamanan bersama. Walaupun tidak pernah ada hukum tertulis untuk mengatur hubungan antar manusia sebagai gamer, namun mereka yang sudah lama melintang di industri ini, cukup tahu apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan ketika gaming, terlepas dari fakta Agan bermain solo atau bermain multiplayer secara offline-online. Aturan tidak tertulis yang tidak hanya mengakar bagi mereka yang menyediakan ruang, tetapi juga mereka yang sekedar nimbrung untuk menikmati game bersama-sama


  10.Tuan Rumah = Player 1



Ini mungkin menjadi salah satu peraturan tidak tertulis paling dasar yang pasti dimiliki oleh setiap gamer yang pernah mencicipi game multiplayer offline, terlepas dari genre apapun yang mereka pilih, dari racing, fighting, hingga platformer kooperatif. Peraturannya jelas, bahwa tuan rumah atau siapapun yang memiliki si sistem utama, berhak atas kontroler Player 1 – yang biasanya diasosiasikan sebagai kontroler terbaik yang ia miliki. Gamer yang sekedar “numpang” atau diajak untuk bermain bersama tidak punya kemampuan untuk voting dan meminta hak istimewa tersebut. Agan harus pasrah menerima fakta bahwa Agan akan mendapatkan kontroler yang lebih buruk atau bahkan cacat teknis. Satu-satunya solusi? Membawa kontroler Agan sendiri dari rumah.kalau numpang yg sabar ya gan    9.Aturan Pinjam-Meminjam


Memiliki teman yang punya hobi sama tentu memberikan keuntungan tersendiri. Agan tidak hanya punya lebih banyak bahan pembicaraan atau kesempatan untuk meminta dan berbagi strategi permainan, Tapi juga Agan bisa meminjam game-game teman lain yang mungkin punya library lebih padat. Walaupun demikian, seperti halnya proses pinjam-meminjam barang yang lain, ada etika di sini yang seharusnya dijalankan untuk memastikan kedua pihak berada di posisi yang nyaman. Pertama, hanya meminjam game-game yang memang sudah diselesaikan oleh sang pemilik. Kedua, tidak meminjam dalam periode waktu yang terlalu lama walaupun sang pemilik sudah menyelesaikan game tersebut. Membicarakan waktu peminjaman sangat direkomendasikan. Yang ketiga dan terakhir? Adalah memperlakukannya seperti disc game(milik) Agan sendiri. Tempatkan di tempat yang minim bahaya, perlakukan disc dengan hati-hati, dan pastikan ia tidak sampai tergores dan tetap tersimpan rapi di kotaknya.minjam tau diri ya gan   8.Prioritas untuk Player dengan Health Minim 

Walaupun kian sulit untuk menemukan game-game platformer atau action yang mendukung offline multiplayer saat ini, peraturan ini masih mengakar kuat di dalam diri gamer, terutama mereka yang sempat hidup dengan platform di beberapa generasi awal. Dengan misi kooperatif sebagai kunci, hampir mustahil rasanya jika rasa egois dan keinginan untuk menang sendiri akan memberikan kontribusi positif apapun pada hal tersebut. Sebagai gantinya, adalah komunikasi tanpa kata-kata yang terjalin di antara gamer yang berjuang untuk menjalankan misi tersebut. Loot apapun adalah rebutan, senjata, armor, hingga kesempatan utnuk mendapatkan serangan spesial diperebutkan secara adil. Namun untuk masalah health atau 1up, peraturannya hanya satu – gamer yang membutuhkan lah yang pantas untuk mendapatkan prioritas. Jika nyawa Agan penuh dan Agan begitu serakah untuk mengambilnya? Tali pertemanan Agan bisa saja tercederai saat itu juga, dengan penuh argumen-argumen keras.
jangan egois gan 
   7.Selalu Ambil Jalan Satunya Lagi


Apa yang membuat video game menarik dan menantang? Bahwa terlepas dari fakta perjalanan Agan selalu soal bergerak dari titik A ke titik B, Agan selalu akan berhadapan dengan jalur alternatif, apalagi jika Agan memainkan game-game RPG. Menjadi sebuah peraturan tidak tertulis bahwa Agan harus selalu mengambil jalan yang berbeda dengan jalan utama, apapun konsekuensinya! Probabilitas bahwa Agan mungkin saja melewatkan sebuah item, equipment, boss, atau bahkan sekedar cut-scene ekstra menjadi mimpi buruk yang terus berusaha dihindari oleh gamer RPG manapun, membuat langkah eksplorasi seperti ini menjadi sesuatu yang rasional. Maka jangan heran jika Agan melihat gamer membuat karakternya menyusuri kembali jalan yang sudah dilewati, mengambil jalan berbeda, walaupun jelas-jelas bahwa jalan yang sempat ia pilih memang sudah benar adanya. Eksplorasi menjadi prioritas, baru jalan cerita utama.pinter-pinter jadi orang gan   6.Easy? Cupu! 

Jujur saja, sebagian besar video game yang tersebar di pasaran saat ini sebenarnya tidaklah sulit untuk ditaklukkan. Agan bisa saja menyelesaikannya dalam hitungan jam dan menikmati keseluruhan cerita yang ditawarkan oleh sang developer jika Agan memilih tingkat kesulitan terendah seperti “Easy” atau “Very Easy” di awal permainan. Agan akan bisa melenggang tanpa perlu merasakan rasa frustrasi sedikitpun sembari menyerap penglaman yang ada. Namun bagi seorang gamer, seperti Agan atau Siapapun, tingkat kesulitan “Easy” hanyalah berarti satu hal – Anda adalah seorang cupu yang tidak pantas bermain game, dan tidak ada lagi argumen apapun! Terlepas dari fakta bahwa argumen ini mungkin tidak rasional, namun itu menjadi sesuatu yang dipegang oleh banyak gamer. Oleh karena itu, terlepas dari tingkat kesulitan yang mungkin akan dihadapi, tingkat kesulitan “Normal” adalah tingkat kesulitan terendah yang masih dalam tahap pantas. Di bawah itu? Ini sudah mulai soal harga diri! jangan mau dihina   5.Berhenti Berkomentar dari Belakang! 

Salah satu fenomena paling menyebalkan yang bisa terjadi pada gamer, namun seringkali sulit diekspresikan secara terbuka. Parahnya lagi, hal ini tidak hanya dilakukan oleh mereka yang non-gamer tetapi juga gamer itu sendiri. Benar sekali, kita tengah membicarakan betapa menjengkelkannya para komentator yang terus bercuap-cuap soal aktivitas gaming Agan tanpa henti dengan tidak memberikan kontribusi positif apapun.  Mereka tiba-tiba/mendadak menjadi ahli, berusaha memberikan masukan apapun yang sebenarnya tidak Agan butuhkan dan sama sekali tidak menyediakan sumbangsih pada progress permainan Agan. Parahnya lagi? Ketika semua komentar ini mulai tidak rasional, bahkan memaksa Agan untuk menghancurkan core permainan dan melewati batas teknis game itu sendiri. “Kenapa gak dihancurin aja pintunya?”, “Nyerangnya kok giliran?”, “Karakternya kok jelek gitu sih..”, “Gak mungkin lah manusia lawan naga, gak rasional ini game..”, dll. Ada saatnya Agan ingin melemparkan gelas terdekat ke wajah mereka , namun dibatasi sedikit rasa manusiawi dan ketakutan akan tuntutan hukum di pengadilan.
tabokin aja gan, ga perlu pake rasa manusiawi aja kalau menurut ane.
   4.Kalah = Ganti!


Agan kedatangan banyak teman di rumah? Ini juga sudah jadi salah satu peraturan yang tidak perlu lagi dibicarakan dan akan secara otomatis berlaku ketika Agan memilih sebuah game dengan atmosfer kompetitif untuk menghabiskan waktu. Peraturannya sederhana, Agan harus memberikan kontroler Agan kepada teman yang belum bermain ketika Agan kalah dan berhak mempertahankan kontroler Agan ketika menang. Tanpa peraturan juga, siklus permainan tiba-tiba tercipta dan siapapun yang berada di dalam ruangan langsung otomatis mempelajari dan mengetahui kapan giliran mereka. Agan juga akan selalu bertemu dengan beberapa jenis teman yang akan mengeluarkan jargon andalan, “Gua sekali lagi yak, penasaran ini” ketika kalah dan bisa ditoleransi sekali-kali. Namun jika terlalu sering? Agan akan menjadi orang yang paling tidak difavoritkan, itu yang pasti.
sekali lagi ya gan, tau diri ya kalau main di rumah orang lain 
   3.Jangan Mengotori Kontroler


Kode etik yang seringkali dilupakan oleh gamer tamu, biasanya. Bagi seorang gamer, tidak ada yang lebih berharga selain semua hal yang bersangkut langsung dengan hobi utamanya ini. Kita membicarakan disc game, konsol, hingga kontroler. Untuk urusan yang terakhir ini, mengingat ia berpotensi untuk berpindah tangan, ia selalu jadi sumber masalah tersendiri. Selalu diingat dan direkomendasikan untuk membersihkan tangan Agan sebelum menyentuh kontroler game milik teman yang lain dan begitu juga sebaliknya. Agan tentu tidak ingin melihat peripheral yang Agan jaga ini tiba-tiba penuh dengan bercak bekas keju atau minyak karena teman yang tidak cukup pintar untuk membaca situasi, merasa tindakan seperti ini baik-baik saja. Langkah selanjutnya sudah jelas, tidak mengundang lagi mereka bermain bersama, itu yang pasti.
mesti berulang-ulang nih dikasih ta.
   2.Save Data adalah Benda Suci


Ini adalah hukum yang harus diikuti semua gamer, terutama jika Agan berbagi satu konsol / handheld yang sama dengan orang lain, baik teman ataupun saudara kandung. Bagi gamer, save data bukan lagi sekedar monumen progress permainan mereka, melainkan sudah menjadi “nyawa” dan bukti dari tetes keringat dan waktu yang mereka habiskan untuk mencapai hal tersebut. Intinya sederhana – jangan pernah menyentuh save data orang lain tanpa izin.  Setiap gamer akan benci orang lain yang mengotak-ngatik progress mereka, dan tidak ada satupun hal positif yang bisa lahir dari tindakan ini. Ini seperti tindakan menginvasi lingkup pribadi Agan dan terasa sangat ofensif. Jangan pula berpikir bahwa “membantu progress teman” dengan leveling, atau mendapatkan item rahasia secara diam-diam tanpa seizin teman adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Jangan otak-atik save data orang lain, apapun alasannya. Ini adalah hukum!
jangan coba, nanti bisa kena bacok yang punya.
   1.No Rage Quit!


Dari semua list di atas, Agan tampaknya sudah mengerti bahwa ada banyak tindakan tidak sadar yang mungkin pernah kita lakukan, dan berakhir menyebalkan bagi orang lain – yang juga sesama gamer. Dari semau tindakan buruk yang bisa Agan lakukan, Rage Quit adalah tindakan paling hina dan sudah pasti memancing reaksi negatif terburuk yang bisa Agan bayangkan. Pernah bertemu dengan teman yang tiba-tiba menyerah di tengah pertandingan game sepakbola dan basket, dan menuntut Agan untuk melakukan restart ketika sudah kalah jauh dengan alasan, “Lu udah pasti menang lah!”, dan menuntut proses Restart? Atau gamer yang tiba-tiba tidak ingin lagi bermain ketika situasi tidak memberikan keuntungan apapun bagi dirinya ketika berada di scene kompetitif? Jika Agan ingin membuat tidak ada satupun lagi teman yang ingin bermain dengan Agan di masa depan, Agan boleh melakukan aksi ini. Namun jika Agan ingin membuat atmosfer tetap fun, telan kekalahan dan mulai belajar jadi dewasa darinya.

Di atas adalah 10 list peraturan tidak tertulis yang tampaknya otomatis diaplikasikan oleh gamer di situasi gaming manapun, terlepas dari apakah ia dikomunikasikan secara aktif atau tidak. Melanggar sebagian darinya, Agan mungkin akan berakhir dilihat sebagai gamer yang tidak etis dan tidak menyenangkan untuk dijadikan sebagai teman bermain. Menjadi sebuah pengalaman yang buruk dan terkadang bahkan menjengkelkan untuk berhadapan dengan situasi dimana seharusnya pengalaman berakhir fun, menjadi tidak bisa dinikmati lagi secara penuh.

 

Sumber : kaskus / nothinstrue

Belum ada Komentar untuk "10 Peraturan Tidak Tertulis Gamer!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel