Dendam Ini Harus Berakhir ( Kultwit Tentang PKI )



Dendam Ini Harus Berakhir ( Kultwit Kekejaman Anak Bangsa Seputar PKI ) by @PartaiSocmed

Bangsa ini tak akan pernah Move On jika kita tidak berani jujur berbicara tentang sejarahnya sendiri. Kali ini kami akan mencoba mengulas kembali tentang berbagai peristiwa tidak mengenakkan yg pernah terjadi pada bangsa ini. Banyak tulisan bermunculan akhir2 ini yg mengulas tentang kekejaman seputar PKI. Baik yg dilakukan oleh PKI maupun lawan2nya. Namun sangat sedikit yg mencoba menulis secara jujur dan berimbang tentang apa yg sudah terjadi. Masing2 punya versinya sendiri. Akibatnya bukannya rekonsiliasi yg kita dapatkan, justru sebaliknya saling menyalahkan bahkan cenderung menjadi pengaburan sejarah.

Menurut kami baik PKI maupun lawan2nya memiliki kesalahannya sendiri. Ini bukanlah pertarungan antara si hitam vs si putih. Ini adalah kultwit panjang tentang kekejaman anak bangsa terhadap sesama anak bangsa. Mari kita putar kembali waktu ke masa lalu.Kita akan mulai dari kekejaman PKI terlebih dahulu lalu disambung dg kekejaman lawan2 politiknya. Selamat mengikuti!

“Dan tidak jadi soal bila ¾ penduduk dunia habis, asal yang tinggal ¼ itu Komunis” – Lenin

Jika kita sering membaca tulisan yg mengatakan PKI adalah korban. Marilah kita lihat beberapa peristiwa berikut ini:
Peristiwa Madiun September 1948. Para pengikut PKI melakukan penangkapan terhadap Bupati Magetan Sakidi dan dibawa ke Soco. Para pengikut PKI itu meletakkan sebuah tangga melintang diatas sebuah sumur lantas membaringkan dan mengikat Sakidi diatas tangga tsb. Tanpa belas kasihan lalu tubuhnya digergaji secara per-lahan2. Lolongan kesakitan sang Bupati justru makin memacu semangat mereka. Tubuhnya hanya mampu berkelejotan menahan sakit tak terperi lalu pingsan. Aksi menggergaji dilanjutkan hingga tubuh itu terputus. Mayat Sakidi yg telah terbelah menjadi dua itu langsung dijatuhkan ke dalam sumur yg menganga di bawahnya. Istri Sakidi yg mengetahui suaminya dieksekusi di Soco datang dg menggendong dua anaknya yg masih berumur 1 dan 3 tahun. Istri Sakidi berkeras ingin membawa mayat suaminya. Merasa terganggu akhirnya merekapun membunuh istri Sakidi didepan kedua anaknya.

Sementara itu di Pati, seorang wanita dibunuh oleh pengikut PKI dg cara ditusuk duburnya dg sebuah bambu runcing. Dalam kondisi tsb lalu ditancapkan di tengah sawah layaknya orang2an pengusir burung. Suasana teror pun tercipta di tengah2 warga. Di Wirosari kejadian serupa terjadi pada seorang wanita, kali ini vaginanya yg ditusuk bambu runcing lalu ditancapkan di tengah sawah. Di Gorang-gareng PKI mengadakan acara pesta gambyong yg meriah utk mengumpulkan masyarakat. Namun di tengah acara tiba2 mereka menciduk warga yg tidak seideologi. Caranya yaitu dg menanyakan sandi tertentu. Jika tidak bisa menjawab dg benar maka warga tsb akan langsung ditahan.

Mereka dikumpulkan mjd satu di gudang pabrik gula Redjosari. Salah satu diantara mereka itu adalah Kiai Soehoed, pengasuh Pondok Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran, Magetan. Warga yg ketakutan itu lantas diberondong melalui jendela gudang. Maka takbir dan jeritan pun berkumandang di tengah malam itu. Para korban baik yg sudah mati maupun yg masih hidup kemudian dibawa ke sebuah sumur tua di Soco. Tanpa memilah antara yg hidup dan mati mereka semua dicemplungkan ke dalam sumur. Yg masih bernafas pun dikubur hidup2. Masih di peristiwa Madiun, KH Soelaiman Zuhdi Affandi juga digelandang PKI dan dikubur hidup2 saat mengambil air wudhu. Di Wonogiri PKI menculik dan menyekap sedikitnya 212 lawan2 politiknya. Mereka terdiri dr polisi, TNI, pejabat pemerintah, wedana, dll. Mereka disekap di sebuah bekas gudang dinamit. Seluruh tawanan itu akhirnya dieksekusi pada tgl 4 Oktober 1948. Setelah Madiun dikuasai kembali oleh TNI, PKI melarikan diri ke Desa Kresek, kabupaten Dungus. Dalam keadaan terdesak mereka membantai semua tawanan yg ada. Para korban ditemukan dengan kepala terpenggal dan luka tembak.

Setelah pemberontakan Madiun berhasil dikalahkan tampaknya Soekarno memaafkan begitu saja peristiwa tersebut. Memang benar tokoh2nya spt Amir Syarifudin dan Muso dieksekusi langsung dlm operasi penumpasan pemberontakan tsb. Namun tidak ada pengadilan terhadap para tokoh lain dan mereka yg melakukan pembunuhan secara keji. Sehingga dg berbagai pemutar balikan fakta akhirnya PKI bisa bangkit kembali. Kali ini mereka mempersiapkan diri utk pemilu 1955. PKI melakukan agitasi dan propaganda dlm berpolitik sehingga suasana politik tidak hanya panas tapi juga penuh ketegangan dan konflik. PKI sangat ofensif membuat jargon2 dan melakukan stempelisasi ‘mematikan’ terhadap lawan2 politiknya. Salah satunya dg istilah "Tujuh Setan Desa".

Dan para kyai dianggap sebagai salah satu dari setan desa yang harus dibabat. Kondisi ini tentu mengakibatkan perasaan terancam bagi para kyai dan santrinya sehingga mereka selalu berjaga dari serangan PKI. Meski dg cara2 yg demikian ofensif dan menimbulkan permusuhan, nyatanya PKI sangat berhasil pd pemilu 1955. PKI meraih posisi 4 besar di bawah PNI, Masyumi dan NU. Sekaligus menjadikan PKI sebagai Partai Komunis terbesar ketiga didunia. Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 59 PKI sadar untuk mencapai tujuannya mereka harus memanfaatkan figur Soekarno. Itu sebabnya PKI tampil sebagai pendukung utama Soekarno, meskipun mereka sudah berhasil menjadi Partai Komunis terbesar ketiga didunia.

Namun di pihak lain mereka menelikung ajaran2 Soekarno untuk menghantam lawan2 politiknya. Khususnya dari kalangan Islam. Makin lama sikap mereka semakin ofensif. Fitnah, penghinaan hingga pembunuhan dilakukan PKI di berbagai tempat. Usaha memobilisasi massa dilakukan untuk tindakan kekerasan yg dikenal dg ‘aksi sepihak’. Alasan aksi sepihak ini adalah utk ‘land refom’, memberikan hak tanah kepada kaum miskin. Tentu saja didukung oleh para petani miskin. Masalahnya proses membagi2 tanah ini dilakukan secara sepihak oleh PKI. Main kapling begitu saja. Lebih parah lagi tanah yg di-kapling2 itu ada tanah wakaf dan tanah pribadi orang diambil alih dan ditanami begitu saja.

Sebagian tanah tersebut milik orang2 PNI dan para kyai NU. Tentu saja hal ini mengakibatkan terjadinya konflik horizontal. Merasa diatas angin, PKI semakin agresif. Tanah bengkok milik desa pun dirampas, bahkan ada sekolah negeri yg diklaim milik PKI. Tidak cukup sampai disitu, PKI pun mulai melakukan pnyerangan dan pengrusakan terhadap tempat2 ibadah dan pesantren. Beberapa aksi sepihak PKI dan underbouwnya BTI antara lain: peristiwa Kendeng Lembu, Genteng, Banyuwangi (13 Juli 1961), peristiwa Dampar, Mojang, Jember (15 Juli 1961), peristiwa Rajap, Kalibaru, dan Dampit (15 Juli 1961), peristiwa Jengkol, Kediri (3 November 1961), peristiwa GAS di kampung Peneleh, Surabaya (8 November 1962). Kondisi inilah yg memicu para kyai membidani lahirnya Banser. Banser memang dibentuk dlm rangka menghadapi aksi sepihak PKI. Kelak Banser menjadi aktor utama dalam ‘aksi balas dendam’ yang sangat berdarah dalam perjalanan sejarah republik ini.

Hasil kongkret dari pembentukan Banser adalah perlawanan terhdp aksi sepihak PKI makin kuat. Bentrok fisik Banser vs PKI pun terjadi. 13 Januari 65 terjadi Peristiwa Kanigoro. Ribuan Pemuda Rakyat (PR) dan BTI melakukan penyerbuan ke ponpes di kanigoro, Kediri. Saat itu di Kanigoro memang sedang diselenggarakan Mental Training Pemuda Pelajar Indonesia (PII). Oleh PKI kegiatan tersebut dianggap sebagai kegiatan Masyumi yg saat itu memang sudah dinyatakan sbg partai terlarang oleh Soekarno. Mereka menyerbu masuk ke dalam pesantren dg bersenjatakan kelewang, golok, pedang dan arit. Sambil berteriak-teriak kasar “ganyang serban!”,  “ganyang santri!”, “ganyang kapitalis!”, “ganyang Masyumi!”

Mrk juga menyerang rumah Kiai Jauhari, pengasuh Pondok Pesantren Al-Jauhar dan adik ipar pengasuh.. Pondok Pesantren Lirboyo, Kiai Makhrus Aly. Ayah Gus Maksum itu diseret dan ditendang ke luar rumah. Aksi sepihak lain juga dilakukan oleh BTI, PR dan Gerwani pd tgl 14 Mei 1965 yang dikenal dg Tragedi Bandar Betsy, Pematang Siantar. Mereka secara tidak sah menguasai tanah milik negara dg melakukan penanaman secara liar di areal lahan milik PPN Karet IX Bandar Betsi. Pelda Sudjono yang sedang ditugaskan di perkebunan tsb mencoba memberi peringatan agar aksi dihentikan.. Bukannya pergi, mereka justru berbalik menyerang dan menyiksa Sudjono. Akibatnya Sudjono tewas dengan kondisi yang amat menyedihkan

Anak salah seorang pembunuh Sudjono itu bernama Muchtar Pakpahan. Kelak dia menjadi aktifis di organisasi buruh SBSI. Sekarang kita bisa memahami mengapa aksi-aksi buruh saat ini banyak kemiripan dengan aksi2 sepihak PKI di masa lalu. Demikian sedikit gambaran mengenai kekejaman PKI beserta ormas2 underbouwnya. Ribuan korban nyawa melayang akibat ulah mereka

Dari poin2 diatas kita bisa mengetahui bahwa terjadi penumpukan dendam sosial dan politik terhadap PKI. PKI telah menunjukkan diri kepada rakyat Indonesia sebagai satu partai yang menggunakan kekerasan dan fitnah dalam mencapai tujuannya. Serangan2 politik, agitasi dan fitnahnya berhasil mencipta ketakutan mental yang meluas dan dalam. Dan... Peristiwa G30S menjadi titik balik bagi PKI. Dia yg tadinya ofensif hantam kiri kanan kini menjadi pihak yg diburu. Kami tdk ingin masuk pada polemik siapa yg bertanggung jawab terhadap G30S. Butuh kultwit tersendiri tentang itu. Kita langsung saja bahas akibat dari G30S terhadap para anggota dan simpatisan PKI serta orang2 yg dituduh PKI. Berbeda dg aksi2 sepihak PKI yg dilakukan secara sporadis, penumpasan PKI terjadi dlm tempo yg relatif singkat.

Namun dilakukan secara serempak, terkoordinir dg rapi dan sangat efisien. Tidak heran korbannya pun jauh lebih besar. Laporan komisi pencari fakta yg dipimpin Oei Tjoe Tat merilis jumlah korban 78.000 jiwa saja. Namun bila mengikuti angka yang pernah disebut Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, mungkin saja peristiwa itu menelan korban 3 juta orang. Angka tersebut masuk akal mengingat PKI pernah mengklaim memiliki anggota aktif sebanyak 3,5 juta orang. Belum termasuk underbouwnya. Jika sebelumnya kita bahas aksi2 PKI yg kejam, maka yang dilakukan oleh lawan2nya tidak kalah kejam dan mengerikannya.

Sungguh menyedihkan, dalam konflik politik yg berdarah-darah ini banyak orang2 tak berdosa yg menjadi korbannya. Mereka inilah korban sesungguhnya! Mereka tiba2 harus mengalami neraka dunia hanya karena terfitnah atau pernah berteman dg orang PKI. Strategi yg digunakan dalam pemusnahan anggota PKI ini adalah ‘Nabok Nyilih Tangan’. Militer gunakan warga sipil utk membantai. Dalam hal ini Banser mendapat dukungan penuh dari militer dalam menjalankan misi ‘sucinya’. Kelak strategi serupa digunakan oleh Wiranto utk menghadapi mahasiswa tahun 1998-1999 dg Pam Swakarsanya. Berikut adalah sedikit dari berbagai aksi2 kekejaman yg dilakukan untuk menghancurkan PKI hingga ke akar2nya :

Di Lawang, Kab Malang. Para anggota dan simpatisan PKI yg ditangkap diikat tanggannya oleh sekelompok pemuda Ansor dg disertai & dilindungi satu unit tentara  membawa mrk ke tempat pembantaian, yaitu di desa Sentong dan Kebun Raya di Purwodadi. Disana mrk dipukuli dg pentungan dan besi dan benda-benda keras lainnya. Setelah para korban tewas, kepala mereka dipenggal". Seorang remaja lelaki anggota IPI anak Tjokrodiharjo, yg merupakan anggota komite PKI di Kecamatan Singosari, ditangkap oleh Ansor. Kemudian tubuhnya diikat ke sebuah jip dan diseret di belakanggnya. Awalnya si anak berlari, namun jip makin lama makin kencang.

Si anak remaja ini akhirnya tersungkur dan terseret di jalanan yg penuh kerikil tajam hingga tewas. Wajahnya hancur tak bisa dikenali. Oerip Kalsum, lurah wanita desa Dongkol di Singosari, seorang anggota PKI. Sebelum dibunuh, dia disuruh membuka semua pakaiannya. Tubuh dan kemaluannya dibakar. Lalu dia diikat, dibawa ke desa Sentong di Lawang, di mana lehernya diikat dan dia disiksa sampai tewas.

Di Ngeglok. Japik, seorang tokoh terkemuka di Gerwani cabang setempat dibunuh bersama suaminya. Sebelum dibunuh dia diperkosa ber-kali2 dan kemudian tubuhnya dibelah mulai dari payudara hingga kemaluannya. Nursam, seorang anggota PGRI Non Vaksentral di-potong2 tubuhnya dan potongan2 tubuhnya itu digantung di rumah-rumah kawan2nya. Sutjipto, bekas lurah Nglegok seorang anggota PKI berhasil ditangkap. Sebelum dibunuh dia dikebiri terlebih dahulu kemudian dibunuh. Ny. Djajus, seorang perempuan yg menjadi lurah desa Tawangsari di Garum  sedang hamil pada saat ditangkap.

Tubuhnya dibelah sebelum dibunuh. Pak Djajus, suaminya, dicacah wajahnya dengan belati hingga tewas. Di Pare. Di tengah perjalan pulang, Suranto dan istrinya yg sedang hamil dicegat dan ditangkap. Kepala Suranto dipenggal. Sungguh malang istrinya yg hamil pun ikut dibunuh. Perut istrinya dibelah, janinnya dikeluarkan dan dicincang. Di Gurah. Kasman, seorang guru di desa Ngasem ditangkap oleh sekelompok pemuda dan disiksa. Ketika akhirnya dia ambruk, mereka memenggal kepalanya, menusuknya pada sebilah bambu runcing dan meletakkannya di sebuah pos jaga. Selain mereka langsung dieksekusi setelah ditangkap. Ada juga yg ditahan tanpa mengalami proses pengadilan.

Banyak diantara mereka berakhir hidupnya di ujung laras eksekutor. Ada yg cepat ada pula yg lama baru dieksekusi. Salah satu peristiwa menarik terjadi di LP Wonosobo 26 Februari 1966. 21 orang napi dibawa ke hutan Situkup pd hari itu. Di hutan itu ke 21 orang itu disuruh duduk berhadap2an dan diwajibkan menyanyi lagu Genjer-Genjer. Kemudian mrk dinasehati agar insyaf. Setelah diminta berjanji utk tidak kembali PKI, selanjutnya senapan ditembakkan ke mereka.

Ada peristiwa aneh saat itu. Seorang wanita tdk mempan ditembus berondongan peluru, maka klewang disabetkan ke tubuhnya. Tapi sabetan klewangpun tak mampu melukai tubuhnya bahkan hingga empat klewang patah dibuatnya. Akhirnya perempuan itu diikat tambang dan dijebloskan ke lubang dan dikubur hidup2. Sempat dia berucap pada petugas yg disuruh menimbun lubang itu dg tanah “Mas, jangan keras-keras, sakit...”.

Salah satu dari 21 orang yg dieksekusi pd hari itu adalah Ibnu Santoro, seorang dosen UGM yang baru saja pulang dari Amerika. Baru beberapa hari kembali ke Jogja, Ibnu Sintoro ditawari menjadi anggota barisan cendikia PKI, selembar formulir diberikan padanya. Dan formulir itu masih dlm keadaan kosong saat malam serombongan tentara dalam truk menyantroni rumahnya dan menciduk dia. Saat itu Ibnu Sintoro meninggalkan seorang sitri dan puteri lucu yg masih berusia 3 tahun bernama Gadis. Kelak Gadis menjelma menjadi wanita yg cerdas.

Dan dia mendapatkan beasiswa belajar di Amerika satu almamater dg ayahnya. Entah suatu kebetulan atau mukjizat. Gadis pernah terpilih menjadi anggota Paskribraka di Istana pada era Pak Harto. Begitu banyak kekejaman diluar batas kemanusian yang dilakukan baik oleh PKI maupun lawan2nya. Tak ada gunanya pula saling mengklaim paling menjadi korban atau merasa paling benar. Ini bukan tentang salah PKI atau Ansor/Banser! Yang paling perlu dilakukan adalah keikhlasan utk mengakui sama2 bersalah. Kita semua seperti lupa sbg manusia saat itu. Hal yg cukup mencengangkan adalah kemampuan kita menjadi demikian biadab! Seolah2 membunuh dan menyiksa adalah kebanggaan.

Potensi kekejaman masyarakat kita terbukti kembali terulang pada chaos era 1998-an. Mendadak kita berubah menjadi spt binatang. Begitu mudahnya masyarakat kita termotivasi untuk melakukan hal2 yg bertentangan akal sehat dan nurani tersebut. Peristiwa chaos dan pembantaian serupa tidak tertutup kemungkinan akan terulang lagi pada bangsa ini. Maka yg perlu dilakukan adalah mensosialisasikan politik yg beradab. Bukan politik yg menghalalkan segala cara. Kiranya generasi muda bisa belajar dari pengalaman pahit bangsa ini. Tragedi pernah terulang dan terulang lagi. Tugas kitalah untuk menghentikannya cukup sampai disini! Mari bersatu demi Indonesia tercinta. Sekali lagi. Tak perlu ada tuntutan permintaan maaf dari salah satu pihak! Yg diperlukan adalah saling memaafkan. Generasi keturunan pembantai dan keturunan korban pembantaian lebih baik saling berpelukan dan ikhlas memaafkan. Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan. Terimakasih. Support #99Movement !!

”Kl anak muda belajar Komunis dan tak tertarik, mk dia bebal. Tp kl sdh tua masih tetap komunis, mk dia sangat bebal” - Sajuti Melik. 

release your past, realize your present, reach your future


Belum ada Komentar untuk "Dendam Ini Harus Berakhir ( Kultwit Tentang PKI )"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel