Mengenal Pohon Kersen dan Filosofi Dibaliknya
==========================================================================
Matahari mulai asyik menyemburkan gelombang panasnya, siapa sangka gelombang panasnya tahun ini telah menewaskan ribuan orang di negeri ribuan para dewa sana. Sepertinya alam sudah mulai enggan bersahabat dengan kita. Panasnya sudah mulai menggila! Oleh karena itu, perlunya intropeksi kepada kita para manusia apakah sudah sedemikian baiknya merawat planet yang ditumpangi ini sehingga lapisan di atas sana yang senantiasa melindungi mereka menjadi loss alias bolong ? Dengan memahami alam, kita akan mengerti tentang segala hakikat manusia, dan dengan memahami alam, kita akan bisa mengerti tentang hakikat Tuhan, bahwa Tuhan itu Maha Besar karena alam adalah salah satu ciptaan, kebesaran, dan kekuasaan Tuhan.
Ibarat air susu dibalas dengan air tuba, perbuatan baik terhadap seseorang dibalas dengan perbuatan jahat, begitulah manusia dengan alam. Alam sudah senantiasa baiknya, memberikan kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya kepada manusia, hanya saja manusia selalu saja tamak, yang hanya mengambilnya saja tanpa mau memikirkan kebaikkan untuk ke depannya. Balasan dan ungkapan alam untuk manusia hanya sedikit, bencana alam tidak lah terjadi setiap hari dan itu pun bisa dihitung dengan jari, tidak dengan hasil sumber daya alam yang diberikan alam untuk manusia. Bisa kau hitung jumlahnya? Tetapi dari sebab akibat dan segala karma yang ada, alam masih bersikap terlalu baik dengan manusia, mengajarkan kita untuk selalu baik dengan siapapun tanpa ada niat dan keinginan untuk berhenti. Ya, contohlah pohon kersen. Percayalah, orang yang sangat mencintai pohon kersen pasti mempunyai filosofi yang sedikit serupa. Hanya pendapatku, jangan ditelan mentah-mentah. Tetapi ya benar, kalau kalian mau sedikit bepikir, pohon kersen itu sedikit berfilosofi.
Baca Juga :
Ternyata Ada Hewan Juga Yang Mengalami Menopause
Apa Yang Terjadi Jika Peluru Ditembakkan Di Antariksa?
Apa Yang Terjadi Bila Bumi Tanpa Matahari Dalam Seminggu?
Ketika ditanya “apa pohon yang paling berkenang di masa kecilmu?” Jawabanku pasti, “Kersen” . Entahlah, sebagai mantan bocah yang hobinya memanjati apa saja yang layak dipanjat, terbersit langsung untuk menjawab “kersen” padahal yang pernah kumiliki pribadi di perkarangan rumah saat kecil dulu hanya dua pohon, jambu klutuk dan belimbing, dan bukan kersen. Tetapi kenapa kersen? Karena pohon kersen adalah pohon kenangan untuk setiap orang, terlebih kenangan untuk bocah-bocah saat aku kecil dulu. Kersen memiliki nama lain, bisa disebet keres, sensen, talok, tetapi kebanyakan bocah-bocah dulu menyebutnya pohon seri. Kersen memiliki tajuk yang lebar sehingga di bawahnya sangat teduh dan leluasa untuk anak-anak bermain dengan memanjat dahannya atau hanya di bawah dahannya tanpa perlu memanjat. Pohon kersen juga berkambium banyak dan tidak memilki kayu sekeras katapang atau jati. Namun pohon ini liat dan bila diinjak tidak mudah patah. Bukan karena keras, tetapi karena lentur, sehingga anak-anak bisa memanjatinya tanpa perlu khawatir akan dahannya patah. Di sisi lain yang menjadi daya tarik lainnya adalah buahnya yang manis dan terus ada tanpa mengenal musim. Oleh karena itu kersen menjadi langganan anak-anak untuk datang dan mengambil buahnya terus-menerus setiap hari dan jika sudah kehabisan stok buah kersen yang matang, maka buah yang masih hijau dan belum matang pun dimakannya juga. Dasar dulu masih bocah emang rakus
Lalu apa menariknya dari Kersen? Pohon kersen tumbuh rindang dan berbuah sepanjang tahun. Setinggi sekitar 12 meter dan dahan-dahannya mencakup selebar ketinggiannya. Karena keberadaannya, menjadikan kersen sangat bermanfaat. Di bawah kerindangannya entah sudah berapa orang yang telah berteduh untuk beristirahat maupun untuk dijadikan area bermain seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Bahkan juga digunakan untuk tempat peristirahatan sementara oleh para pedagang, pelajar, mahasiswa atau pekerja, menikmati angin sepoi-sepoi selepas lelah beraktivitas. Pohon kersen berbuah sepanjang waktu. Selalu saja ada yang matang untuk dipetik. Siapa pun boleh memetik dan menikmati buahnya yang manis dan wangi, tidak peduli anak kecil, anak muda dan orang tua, semua sama saja, hanya saja untuk orang seumuranku sekarang yang sudah harus jaim untuk memetiknya, menunggu dahulu hingga keadaan sepi dan tidak ada orang, baru deh tangan yang gatal ingin memetiknya ini terobati. Apalagi tersiar kabar, buahnya bermanfaat mengobati asam urat. Banyak yang sudah mencoba. Terlepas benar atau tidak, minimal sudah menikmati rasanya yang enak.
Apa yang ada di bumi ini berserta isinya termasuk alam, semuanya mempunyai arti. Tiada yang sia-sia diciptakan keberadaannya. Begitu juga halnya dengan pohon kersen. Dimana kita dapat belajar tentang kehidupan. Pohon kersen termasuk Perdu, atau pohon kecil, mempunyai tinggi sampai 12 meter, meski biasanya hanya tiga sampai enam meter saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Pohon ini tergolong liar, tumbuh seadanya di pinggiran jalan, di tepi parit atau sungai yang tidak terurus atau di tempat-tempat yang biasanya kering berkepanjangan. Bahkan kersen juga tidak peduli dengan musim, musim hujan ataupun musim kemarau terus saja berkembang, kersen masih berdiri dengan gagahnya dan selalu memberikan buahnya yang manis-manis kepada kita.
Kita dapat mengambil hikmah dari ini, yang diajarkan oleh alam secara halus kepada kita. Tetapi tergantung, kita mau menerima dan peka terhadap ini semua, atau cuek dan melenggang dengan segala kesibukan dunia kita. Hal yang bisa dipetik dari kehidupan kersen adalah darimanapun asalmu, mau kamu berasal dari kelas bawah, menengah ataupun atas, jadilah orang yang baik, selalu dermawan kepada sesama. Biarpun pohon kersen itu pohon liar, tumbuh seadanya dari tepian jalan, namun setelah besar nanti, pohon ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Pohon ini selalu memberikan buah-buahan yang manis tanpa mengenal musim. Sepanjang hari, siapa pun yang duduk di bawahnya akan diberikan keteduhan yang sama. Tidak peduli agama, suku, profesi ataupun jenis kelaminnya. Yang tua, muda, atau anak-anak pasti akan merasakan keteduhan yang tidak berbeda. Buahnya bukan hanya mengundang manusia untuk menyukainya, bahkan juga burung, tawon, dan kelelawar turut merasakan nikmat buah pohon ceri tersebut. Bahkan lalat pun tak mau ketinggalan ikut menikmati kersen yang sudah berjatuhan. Bisa dibayangkan, sebatang pohon kersen telah begitu banyak memberikan manfaat. Bukan hanya pada manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup yang lain. Pohon kersen tumbuh secara alami lalu memberikan manfaat kehidupan pada manusia dan binatang tanpa membeda-bedakan. Pohon ini tumbuh hanya berbekal sepetak tanah, tetapi ia dapat terus dan terus hidup, bagaimanapun kondisinya. Pohon kersen yang kecil ini dapat mengajarkan sesuatu kepada kita. Teruslah hidup kawan, walau apapun yang terjadi, berpikirlah kalau kita bisa. Kita lalui semua dengan semangat tanpa gentar. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki, janganlah kita gunakan sebagai alasan untuk tidak survive dalam dunia ini.
Kersen juga mengajarkan manusia untuk tidak meng-understimate siapapun. Walaupun kersen hanyalah pohon perdu dan pohon liar, tetapi kersen mempunyai manfaat yang tidak sedikit. Jangan hanya karena melihat seseorang yang berperforma tidak enak di mata, bukan berarti dia tidak mempunyai keahlian ataupun kebaikan sedikitpun, bisa jadi dia mempunyai keahlian dan kebaikan yang lebih banyak dari seseorang yang berperforma baik. Walaupun kersen hanyalah pohon perdu dan pohon liar, tetapi jika kamu merawat daun dan batangnya dengan baik maka kelak bukan hanya menjadi pohon kersen yang mempunyai manfaat yang tidak sedikit, tetapi pohon kersen yang indah dan akan memperhias dan memperteduh perkaranganmu. Jangan hanya karena melihat seseorang yang berpenampilan yang tidak welcome, lalu kamu memandang dan memperlakukannya dengan sinis dan rasis, tetapi bimbing dan perhatikan dia, kelak dia akan jauh lebih bermanfaat, selalu menebar kebaikan dan berbalas budi seperti kacang yang tidak lupa dengan kulitnya.
Ketika aku kecil dulu, kami selalu mengambil buahnya tanpa henti, tetapi pohon kersen selalu saja tidak lelah untuk memberikan buah-buahnya yang manis kepada kami setiap hari. Di pemandangan yang sekarang tak seriang dulu, pohon kersen hanyalah seonggok pohon yang hanya tumbuh tanpa ada yang memperdulikannya. Beda zaman, beda generasi, beda tradisi dan beda juga masing-masing kesukaan setiap generasinya. Anak kecil zaman sekarang lebih suka bermain di dalam rumah dengan tablet, smartphone, dan game console jagoannya daripada bermain di luar rumah. Aku yang melihatnya sedikit miris, kenapa bertolak belakang dengan zamanku dulu? Kersen yang tidak kenal lelah dipanjati setiap hari menjadi kersen yang terabaikan dan tak terjamah. Tetapi dari itu semua tidak mengubah kersen itu sendiri. Dia masih terus menghasilkan buah-buahannya yang manis walaupun banyak orang tidak memperdulikannya. Dan dari beberapa buah-buahan itu jatuh mubazir ke tanah, tetapi dia terus menghasilkan buah-buahannya yang manis itu. Dari buah-buahan yang jatuh ke tanah, tersebar biji buah yang jumlahnya banyak sehingga tumbuh anak kersen yang baru yang jika tumbuh besar nanti masih sepemikiran dengan induknya yaitu selalu berbagi kebaikan seperti yang apa yang induknya ajarkan. Begitu juga manusia, walaupun tidak ada yang memperdulikanmu di saat kamu berbuat baik, tetapi itu bukan halangan buatmu untuk selalu berbuat baik. Tidak peduli apa kata dan cibiran orang, kamu harus selalu berbuat baik hingga kamu tanamkan dan ajarkan ke anak dan penerusnya untuk juga selalu berbuat baik seperti apa yang sudah kamu ajarkan dan perbuat sebelumnya. Dan lebih miris lagi, sekarang banyak kersen yang ditebangi karena alasan seperti, karena tidak ingin capek-capek membersihkan dedaunan dan buahnya yang berjatuhan, karena ini dibangun bangunan di area lahan, atau masalah mistis tradisi dari suatu suku yang menganggap kersen adalah tempat istirahat jin. Apapun alasannya, mindset pelaku kudu diperbaikin. Take care, Cherry.
Sumber : kaskus / blueminder
Mantappp
BalasHapus