Gregetnya Jadi Pilot di Perang Dunia 2

1. Belum dilengkapi peluru kendali (rudal


Ini barang wajibnya pesawat tempur modern gan. Dan peluru kendali ini sudah pasti terintegrasi dengan komputer canggih. Sekali pesawat tempur musuh terkunci, rudal akan terus mengejar sampe kena sasaran. Karena pesawat tempur Perang Dunia 2 belum dilengkapi puluru kendali ya satu-satunya senjata buat nembak pesawat musuh cuma senapan mesin. Akurasi tembakan ya tergantung dari pilotnya gan, harus pinter-pinter mengarahkan pesawat agar pas dengan target yang ditembak, semakin sering meleset maka semakin sering peluru terbuang sia-sia.



2. Belum dilengkapi ejection seat (kursi pelontar).


Ini juga barang wajib di pesawat tempur modern. Sudah tahu berita pesawat Rusia yang ditembak jatuh sama Turki? Pilot dan kopilotnya berhasil keluar dari pesawat, walaupun si pilot tewas ditembak militan. Kursi pelontar ini belum ada di pesawat tempur perang dunia 2 (sebenarnya sudah ada, tapi terbatas di pesawat uji coba). Terus gimana kalo caranya pilot menyelamatkan diri kalo pesawat tertembak atau mau jatuh? Satu-satunya jalan adalah buka pintu kokpit secara manual terus lompat keluar buka parasut, tapi itu nggak segampang yang dibayangkan. Kalo ane sih pasrah aja sambil baca istighfar sama takbir.



3. Belum dilengkapi radar


Waktu Perang Dunia 2, radar ini cuma ada di darat untuk pertahanan dari serangan udara, sedangkan di pesawat tempur waktu itu belum ada. Radar ini bisa dibilang sebagai “mata” dari pesawat tempur. Radar-radar teknologi terbaru bisa melihat target ratusan kilo jauhnya. Jadi si pilot nggak tahu ada objek apa aja yang ada di depan dan sekitarnya. Radar juga bisa melihat keadaan cuaca. Saat Perang Dunia 2, ketika terjadi dogfight (pertempuran pesawat tempur di udara), pilot mengandalkan matanya untuk mengetahui posisi pesawat tempur. Dan biasanya dalam satu tim pesawat tempur, pilot-pilot akan saling memberikan informasi posisi pesawat tempur musuh.



4. Sistem pertahanan kurang mumpuni.


Udah tahu kilatan-kilatan cahaya kuning di foto itu? Itu namanya flare, fungsinya untuk membelokkan rudal musuh yang datang menyerang. Di pesawat modern, sistem pertahanannya sangat lengkap. Selain flare, ada jammer dan sistem peringatan dini misalnya. Jammer ini untuk mengacak komunikasi rudal musuh. Sistem peringatan dini memberi informasi ke pilot kalau pesawat yang dikendarainya sudah dikunci oleh pesawat musuh, jadi si pilot bisa siap-siap untuk keluar pesawat. Kalo di pesawat tempur Perang Dunia 2 ya pelindungnya cuma badan pesawat itu sendiri.



5. Tidak adanya sensor canggih


Sensor canggih ini contohnya sensor inframerah dan nightvision gan. Biarpun pesawat terbang di kondisi gelap gulita, pilot tetap bisa melihat target dan kondisi sekitar dengan bantuan inframerah ini. Pesawat tempur Perang Dunia belum dilengkapi sensor-sensor canggih seperti pesawat tempur modern. 



6. Terbatasnya senjata yang dibawa.


Pesawat tempur era Perang Dunia itu membawa senjata terbatas terutama bom dan torpedo, karena memang pada dasarnya bukan khusus didesain untuk pesawat pengebom. Jumlah yang dibawa pun tidak sampai 5 biji (berbeda dengan pesawat bomber waktu itu yang udah bisa bawa bom atau torpedeo ber ton-ton). Senjata utamanya ya senapan mesin. Bandingkan dengan Sukhoi Su-35 yang punya 12 cantolan rudal 



7. Perlengkapan pilot yang terbatas


Pilot era Perang Dunia 2 itu cuma dilengkapi parasut, helm, dan masker oksigen, selain juga dilengkapi oleh pistol. Helm waktu itu hanya sebatas melindungi mata dan kepala pilot. Coba bandingkan dengan helm pilot pesawat tempur modern yang dilengkapi layar kecil untuk menampilkan informasi penting di depan kaca helm (Head up Display) dan bahkan bisa untuk mengarahkan moncong senapan mesin 



Nah itu dia gan yang membuat pilot Perang Dunia 2 itu greget. Tanpa bantuan teknologi yang bagus, pilot harus bisa memaksimalkan kemampuan diri dan kemampuan pesawat agar bisa mengalahkan musuh.



Sumber : kaskus / 4X3L4

Belum ada Komentar untuk "Gregetnya Jadi Pilot di Perang Dunia 2"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel