Anak Perantauan, Sakitnya Saat Jauh Dari Orangtua



Anak perantauan, anak yang harus jauh dari orangtua. Semuanya itu demi untuk mencapai suatu target, yaitu 'kesuksesan'. Namun, di balik perjuangan tersebut, ada hal lain yang harus mereka korbankan, yaitu: ''Jauh dari orangtua''.

Anak perantauan mana yang tidak rindu dengan kedua orangtua mereka, orang yang biasanya selalu menemani mereka di rumah dulu, namun, sekarang sudah harus hidup jauh meninggalkan mereka. Yah, itu semua demi untuk pencapaian yang diidam-idamkan dari dulu, yaitu sebuah cita-cita.
Berikut, ane ingin membagikan beberapa point yang biasanya selalu ada di pikiran anak-anak perantauan, silahkan disimak!





1. Ingin pulang, tapi waktu tak mengijinkan.


Buk, Pak, anakmu ini kepingin pulang. Ingin lihat Ibu, Bapak, dan lihat kondisi kesehatan kalian secara langsung. Karena, saat ditelepon, kalian sering sekali berbohong akan kesehatan kalian, agar kami tidak khawatir akan kalian, begitu bukan?
Tapi, lagi-lagi kesibukan melarang kami untuk bertemu dengan kalian, Buk, Pak. Tunggu kami, ya? Tunggu kami pulang! Tetap sehat dan panjang umur, ya? Kami akan segera pulang. 





2. Kangen? Lagi-lagi harus mendengarkan suara mereka dari telepon.


''Halo, apa kabar, Nak?'' Ahhh, suara merdu itu, suara yang sudah sangat dinanti-nantikan. Tidak masalah lah jika hanya melalui telepon, yang penting bisa berbicara dengan kalian.
Yah, pekerjaan sudah sangat menumpuk, sudah tidak mungkin lagi untuk pulang ke kampung halaman. Mungkin, anak-anak perantauan hanya bisa berbicara melalui telepon saja dengan kedua orangtua mereka masing-masing. Namun, begitu pun sudah sangat bahagia sekali saat masih bisa mendengar suara dari mereka, para malaikat-malaikat tak bersayap itu.


Baca Juga :
Pria Membuat Robot Iron Man Karena Tak Ingin Ditagih Utang
Jepang Mempunyai Rencana Membangun Pencakar Langit Tertinggi Dunia Berbahan Kayu
Wanita Mengembalikan Sabun Yang Dicuri 18 Tahun Lalu Karena Ada Perasaan Bersalah


3. Khawatir dengan kesehatan orangtua


Dulu, saat kita masih tinggal bersama mereka, mungkin ada di sebagian dari kita yang masih cuek dengan kesehatan mereka. Namun sekarang, sering sekali terlintas di dalam benak kita, tentang kondisi kesehatan dari kedua orangtua kita.
Bahkan, kita pun sering merasa takut dan sedih, jika tiba-tiba kedua orangtua kita mengalami sakit parah yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan kita tidak sedang berada bersama mereka, dan kita pun tidak bisa pulang ke rumah karena pekerjaan yang sangat banyak ini.

''Yah, cuma seuntaian doa sajalah yang setiap hari bisa kupanjatkan untuk mereka berdua. Sehat terus ya, Buk, Pak! Tunggu kami sampai kami sukses nanti, ya? Kami janji, akan membuat Ibu dan Bapak menjadi seorang raja dan ratu di kerajaan kecil kita nanti.'' 





4. Entah kenapa, bayangan saat kelak kalau orangtua kita sudah tiada, menjadi sering bermunculan di dalam otak kita.


''Iya, Bapak dan Ibu sudah semakin tua, apa jadinya yah kalau suatu saat mereka berdua pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya? Berpisah sementara seperti ini saja, rindunya sudah menusuk dada, apalagi jika ditinggal pergi untuk selama-lamanya?'' Yah, itulah yang sering menyangkut di pikiran ane. Gak tau kenapa, saat keingat orang tua, pasti sering muncul juga suatu bayangan, di mana kita harus mengikhlaskan mereka berdua untuk pergi sampai selama-lamanya. Di situ, mulai lah sedih dan keingat kalau kita masih belum bisa membahagiakan mereka berdua. Malahan, kita masih sering membuat mereka kesal dan jengkel dengan kelakuan-kelakuan kita selama ini.
Entahlah, apa jadinya kita jika ditinggal dengan mereka? Apakah kita masih bisa berkata: ''Life must go on''? Entahlah, biarkan waktu sajalah yang menyaksikan, apakah kita mampu atau tidak.

Ngomong-ngomong, panjang umur dan sehat selalu yah, Buk, Pak! Doa kami selalu menyertaimu.





5. Saat sedang rindu, kenangan masa kecil pun ikut terbayang.


''Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu, buatku melambung
Disisimu terngiang, hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu''

Yah, lagunya Ada Band itulah yang berhasil menyentuh sanubari ane, di saat ane sedang rindu dengan kedua orangtua ane. Lagu yang mengingatkan ane tentang masa-masa indah yang dilukiskan oleh mereka berdua, di dalam hati dan di dalam pikiran ane. Bahkan, pelukis terhebat mana pun, tidak akan pernah bisa mengalahkan lukisan kenangan indah di masa lalu ane itu, bersama dengan kedua orangtua ane tersebut. Hanya ane, dan mereka berdualah yang menjadi seniman dalam mengukir dan melukis indah di dalam benak dan di dalam hati kecil ane, dan itu semua tidak akan pernah luntur, walau diterjang oleh badai seperti apapun bentuknya, karena kenangan itu, ane letakan di tempat yang paling baik, dan selalu ane jaga, untuk tetap selalu tergantung manis di dalam hati ane. 





6. Masih merasa kurang, dengan apa yang ane sudah berikan kepada mereka.


Tidak mungkin bisa untuk kita membalas kembali, apa yang sudah orangtua kita lakukan kepada kita. Bahkan dengan nyawa pun juga masih belum cukup. Perjuangan mereka dalam merawat kita sungguh sangatlah luar biasa, apalah arti dari beberapa lembaran uang ini jika disandingkan dengan pengorbanan mereka dahulu?
Sedih, miris, kesal, dan bingung. Entah apa yang layak dan setara untuk diberikan kepada mereka berdua. Karena, semua yang kita berikan sekarang, sudah sangat sering mereka lakukan untuk kita dahulunya. Bahkan, mungkin kita juga tidak mengetahui sudah berapa banyak darah dan airmata yang sudah mereka tumpahkan?

Tapi, walaupun begitu, ane tetap yakin, kalau orangtua kita tidak pernah melihat seberapa pun yang kita berikan kepada mereka. Dan ane juga percaya, kalau mereka pasti sangatlah bangga dengan apa yang sudah kita lakukan sekarang, karena satu hal yang mereka tahu, kalau sekarang kita sudah dewasa.


Penutup

Sebagai penutupnya, ane ingin bertanya kepada ente yang sekarang sedang merantau, entah itu mengenyam pendidikan atau bekerja.
''Sudah berapa lama ente tidak pulang?''

Saran ane, pulanglah kalau ada waktu, walaupun cuma beberapa hari. Sekarang, orangtua kita sudah semakin tua, dan sekarang giliran kitalah yang memperhatikan mereka. Kalau dulu yang merawat kita adalah mereka, sekarang gantianlah kita yang melakukannya. Jangan sampai karena kesibukan kita, kita jadi melupakan mereka.



Sumber : kaskus / jimmybryan23

Belum ada Komentar untuk "Anak Perantauan, Sakitnya Saat Jauh Dari Orangtua"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel